cerpen hari jadiku pertama sekaligus yang terakhir

0

Pagi ini aku kira adalah hari yang sangat menyenangkan. Tapi keyakinan ku berubah saat dia menghubungiku. Hari ini adalah hari jadiku dengannya yang ke satu tahun. Awalnya aku ingin memberikan kejutan untuknya dengan menyiapkan makan malam yang romantis di sebuah restoran. Aku benar-benar sudah mempersiapkan dinner ku dengannya dari jauh-jauh hari. Tiap pulang sekolah, aku mencari-cari tempat makan malam yang cocok untukku dengannya. Akhirnya temanku merekomendasikan sebuah tempat yang menurutku benar-benar romantis. Dan hari ini lah waktunya. Akan tetapi semuanya berantakan. Hari ini menjadi hari yang sangat menyebalkan untukku. Aku benar-benar benci hari ini. Aku berharap ini mimpi dan tidak benar-benar terjadi. Sungguh, aku tidak mau kejadian ini terjadi hari ini ! ini seperti mimpi buruk di

cerpen kenalkan aku pada cinta

0


"Iya ma, Astri tau. Astri janji, Astri akan baik baik saja. Oke?". Setelah mendengar balasan dari seberang, Astri mematikan telponnya. Di helanya nafas dalam dalam sebelum kemudian di hembuskannya secara berlahan. Sejenak matanya menatap benda elektornik yang beberapa saat yang lalu di gunakan untuk berkomunikasi dengan ibunya. Astaga, Ia hanya ikut camping beberapa hari bersama teman temannya tapi kenapa ibunya terus terusan merecokinya. Baiklah, bukan merecoki, tepatnya menghawatirkannya. Tapi itu bukan berarti ia harus di telpon setiap saat bukan?. Saat berbalik, Astri hanya mampu menyegir singkat. Gelengan kepala Alya yang menatapnya sudah cukup untuk membuatnya mengerti kalau sahabatnya yang

satu itu heran akan dirinya. "Nyokap loe?" Astri hanya mengedikan bahu sebagai jawaban. "Gue heran deh, loe kan sudah kuliah. Udah segede gini masa nyokap loe masih ngontrol hidup loe terus si?" Komentar Alya sambil melangkahkan kaki menuju ke perkemahan mereka. "Bukan mengontrol, mama cuma khawatir. Secara loe tau kan kalau gue nggak pernah pergi jauh" Terang Astri meralat. Gantian Alya yang angkat bahu. "Eh liat. Cakep ya?". "Siapa?" tanya Astri sambil mengikuti arah telunjuk Alya. Matanya sedikit menyipit sementara tangannya terangkat membetulkan letak kacamata yang ia kenakan. Memperhatikan dengan seksama sosok cowok dengan stelan kaos abu - abu di tambah jaket plus topi untuk melindungi diri dari panas mentari. "Maksut loe kak Andre?" tanya Astri sambil mengalihkan tatapan matanya kearah Alya yang 

cerpen bintang bersinar di bulaan

0

“Laaaaaaaaan! Gue dapet formulir panitia mahasiswa baru nih!”, teriak Kenari sambil berlari ke arahku yang sedang sibuk didepan barang berhargaku; laptop.
“Aih…kenapa sih lu demen banget buat jantung gue copot!”, kataku kesal.
“Yaaa, maaf hehehe, yaaaah Nona Bulan begitu aja kok ngambek sih, sensi amat? hihi”, goda Kenari sambil mencolek daguku.
“Udah tahu gue lagi serius dan sibuk begini huh”, kataku dengan ekspreksi wajah ditekuk.
“Hahahaha, mau ga nih formulirnya?”, goda Kenari sambil melayang-layangkan di udara kertas formulirnya.
Aku melirik dan hendak mengambil kertas formulir dari tangan Kenari lantas Kenari menahannya seraya berkata “Etssss, main ambil aja, senyum dulu dong!” goda Kenari lagi.
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Memang dari dulu aku tidak pernah bisa berlama-lama marah dengan Kenari, karena Ken sahabatku itu selalu mempunyai taktik untuk membuatku tersenyum.

Bintang Bersinar Dibulan

Malam sudah larut, namun aku masih saja berkutat dengan diktat kuliahku karena esok hari aku harus bergelut dengan soal-soal Ekonomi Umum. Kurasa cukup belajar untuk malam ini, sekarang waktunya mempersiapkan syarat-syarat apa saja yang harus dipersiapkan untuk melamar menjadi panitia mahasiswa dikampus, pikirku.
Waktu menunjukkan pukul 22.30. Kantukpun menyerangku, segera aku bergegas pergi ke tempat tidur, karena akupun sudah merasa lelah.

cerpen awan itu kamu

0

Hampir setiap pagi aku tak dapat melihat senyuman mentari. Awan hitam selalu sibuk untuk menutupi cahayanya. Membuatku harus menggunakan payung untuk melindungiku dari tusukan air yang berjatuhan dari langit. Kurasa langit mengerti keadaanku sekarang ini. Mendung. Hampir kehilangan cahaya.

Aku dan Roni semakin menjauh. Hubungan kami lebih renggang dari karet yang direndam minyak. Bahkan rasanya, semua yang dilakukannya untukku seperti menelepon, pergi ke mall denganku, hanya sebuah formalitas. Dia tak melakukannya dari hati lagi seperti dulu.

Hanya butuh beberapa langkah untukku bisa mencapai sekolah. Tak perlu diantar ataupun naik angkutan umum, aku sudah mencapai sekolah.

Sesampaiku di sekolah, pandanganku terpaku pada satu orang. Roni. Ia sangat jauh dari tempatku berpijak, hampir tertutup oleh orang-orang yang berlalu lalang mencari tempat untuk memarkirkan motornya.
Ku urungkan niatku untuk menyapanya segera setelah melihat ada seorang gadis yang menghampirinya. Hampir setiap hari aku melihatnya. Rambutnya tebal, lurus dan panjang sepinggul. Poninya selalu dijepit ke belakang, memperlihatkan wajah orientalnya yang cantik. Tingginya hampir sama denganku. Hanya beberapa inchi lebih unggul. Aku sering berpapasan dengan gadis yang hampir seperti anggota girlband korea itu.

cerpen Unrequited Love

0

Aku sedang berjalan di antara kerumunan siswa-siswa lain yang ingin mengetahui bahwa mereka lulus atau tidak. Tahun ini aku sudah akan lulus dari sekolah menengah pertama. Dan saat ini adalah saat-saat menegangkan, dimana aku akan melihat hasil ujian di papan pengumuman. “Hey dev, gue lulus! Lo?”. Aku menengok ke belakang melihat temannya itu dan kemudian kembali mengamati papan pengumuman yang ada di depanku. – Devi Winata : LULUS -. “Tha.. gue juga lulus”. “wah slamat ya”. “iya tha sama-sama”. Sambil memeluk thalita yaitu sahabatku dari kecil, kemudian aku menangis dan berkata “papa dipindah tugas ke SulTeng”. Thalita menatapku “maksudnya lo bakal lanjutin SMA disana”. “ya kurang lebih kaya gitu”. “Kapan berangkat? Take care ya non”. “rencananya besok, iya calling-calling ya tha”. “iya sip”.


Aku sangat senang punya orangtua seperti papa dan mama. Papa punya pekerjaan yang penghasilannya di atas rata-rata dan mama adalah ibu rumah tangga. Papa dan mama masih sangat muda, bayangkan saja di saat aku berumur 14 tahun sekarang ini, mama dan papa masih sama-sama berumur 29 tahun. Aneh kan? Ya iya lah.. karena aku adalah anak angkat mereka. Mereka mengadopsiku saat mereka baru selesai menikah pada umur 22 tahun dan saat itu aku baru berumur 7 tahun. Mereka begitu menyayangiku seperti anak kandung mereka dan begitu juga denganku.

cerpen My sun flowers is you

0

Matahari mulai bergerak turun menuju tempatnya beristirahat. Ia mulai menyisakan cahaya-cahaya indah di langit bekas jejaknya. Menjadikan sore itu panorama indah yang biasa kulihat akhir-akhir ini.
I Want You.. I need You.. I Love you.. ponselku berbunyi tanda ada panggilan masuk dari kekasihku, Vidrianta. Ya nada heavy rotation itu memang sengaja ku pasang hanya untuknya.
“Ara, anak anak minta kumpul ada yang mau dibicarakan” Kata laki-laki di sebrang sana.
“eh? Kapan?” tanyaku.
“sore ini, jam 4” jawab laki-laki itu.
“bisa, bisa dimana?” tanyaku lagi.
“di tempat biasa kita kumpul honey” katanya ramah.



“oh, iya iya mau menjemput?” aku memastikan.
“pasti” jawabnya mantap.
“hihihi, makasih honey, ya sudah aku siap-siap dulu ya” kataku.
“iya honey bye bye” lalu ia menutup sambungannya.

Akupun bersiap siap. Aku memakai baju terusan selutut warna hitam dengan titik-titik putih dengan pita putih di bagian pinggang. Kugunakan syal merah pemberian nenekku padaku 2 tahun lalu. Dengan pakai stocking panjang warna transparan dan sepatu tinggi hingga lutut warna senada dengan syal-ku, akupun siap berangkat.

cerpen secret of love

0

Masa SMA memang dapat di katakan masa indah, ya di katakan seperti itu karena banyak cerita yang tidak dapat di lukiskan dengan kata-kata terutama dengan “cinta”. Banyak sekali cerita cinta yang terjadi di antara mereka. Senang, sedih, tawa dan galau jadi satu. Begitulah masa-masa SMA zaman sekarang.

Terkadang, tak sedikit di antara mereka berpikir bahwa persahabatan itu lebih indah di banding pacaran. Itulah yang terjadi pada Raisa dan Sania, mereka selalu bersama baik suka maupun duka. Semasa 2 tahun di SMA, mereka belum pernah merasakan apa itu cinta. Mereka memiliki janji tidak akan jatuh cinta pada laki-laki yang sama jika suatu saat mereka menemukan cinta.


Mengikuti pelajaran di kelas selama beberapa jam, membuat mereka merasa jenuh. Akhirnya, pada jam istirahat mereka memutuskan untuk pergi ke taman sekolah “Sania, ke taman yuk.. aku bosan di kelas” dengan menggandeng tangan Sania. Di tengah canda tawa mereka di taman, tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengalihkan perhatian mereka berdua. Ternyata, mereka melihat dua orang lelaki tampan datang dan duduk di sebelah mereka. Raisa dan Sania saling berbisik “eh Sania, liat deh pinggir kamu. Mereka tampan ya”, “ah kamu itu, kita lanjutin ngobrol yang tadi aja” ucap Sania sambil mengalihkan perhatian Raisa.

cerpen cintaku tak semanis brownise cake

0

Buku diary menjadi saksi bisu atas kesedihan yang masih tak mampu kuluapkan dengan kata-kata. Benarkah ini? Benarkah hati ini telah rapuh? Di bawah teriknya matahari kurasakan sebuah kehangatan tangan bergerak menyentuh tangan kananku. Menyelipkan jari-jarinya di sela jari-jariku dan menggenggamnya dengan erat. Aku menoleh kepadanya, demikian dengan dia. Hembusan angin tersayup-sayup seiring dengan sebuah nyanyian yang keluar dari bibir manisnya. Suaranya yang serak basah tertangkap jelas oleh telingaku. Aku tersenyum kaku. Ada semacam perasaan bahagia di hatiku. Hingga sempat membuatku sedikit salah tingkah. “Akhirnya..” ujarku setelah genggaman tangannya dilepaskan, yang membuat lidahku sempat kelu beberapa saat. Ibunya tersenyum kepadaku dari arah garasi ketika beliau hendak pergi. Boy menatapku sambil tersenyum. Senyumnya tulus membuatku semakin nyaman berada di dekatnya.

Aku tahu, aku hanyalah gadis mungil yang tak pernah berhenti bermimpi. Aku hanyalah satu dari ribuan bahkan jutaan gadis mungil yang punya mimpi. Tiap goresan tinta kehidupanku adalah angan dan impianku ke depan. Aku bukan gadis yang terlahir seutuhnya meraih cinta dan kesuksesan di awal perjuangan. Aku hanya berusaha agar mimpiku tidak redup, karena sebagian dari nafasku kuperjuangkan untuk meraih semua mimpi-mimpiku.

cerpen Mr.ice cream

0

Ini sudah mangkuk es krim kedua yang aku lahap malam itu, tak peduli aku sudah dua jam duduk di kedai ini. Pelayan tua kedai itu kadang sesekali memalingkan tatapannya dari Koran pagi harinya kearah ku. Mungkin dia pikir aku kurang waras, di cuaca sedingin ini dan sedang hujan deras diluar sana, ada gadis yang masih menikmati es krim sampai mangkuk kedua, tenang saja pak tua gumam ku dalam hati mungkin akan ada mangkuk yang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Aku tak peduli.

Hap, sendok demi sendok aku nikmati, tatapanku hanya menatap kosong pada suatu titik sembarang di sudut kedai itu. kenangan demi kenangan aku putar di pelupuk mataku, seperti komedi putar yang sedang memutar scene demi scene. Membuat hati ini campur aduk dan sedikit sesak. Me-rewind semua rutinitas gila makan es krim ini dari mana asalnya, kalo bukan dari dirinya.
***

3 tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama

Wajahnya yang sedikit pucat dan tirus, rambut nya yang agak panjang, sedikit berantakan, dia tersenyum menatap ku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim yang barusan aku cicipi.

“Gimana?” tatapnya penasaran, air mukanya mulai serius melihat ekspresiku yang mengerutkan dahi seperti ada yang salah dengan es krim yang kumakan.

“Tunggu!” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius mendikripsikan Sesuatu yang sedang lumer dilidahku, lalu ku coba sesendok lagi, sok-sokan lagaku seperti tester sejati.

cerpen hargai aku

0

“Huft...” Seorang cewek berparas manis menghembuskan nafas berkali-kali.


“Lo kenapa sih? Daritadi menghela nafas kayak ikan kehabisan oksigen!” Komentar cewek berambut sebahu.

“Gue bingung, gimana gue harus bilang sama Azzam soal kepindahan gue ke Jakarta.”

Cewek bernama Ajeng tersebut menoleh pada Nidya, sahabatnya. “Lo beneran mau pindah ke Jakarta?”

Nidya mengangguk. “Bokap gue harus ngurus bisnisnya disana. Gue bingung, Jeng! Lo tahu kan akhir bulan Azzam ulangtahun, sedangkan lusa gue udah harus pindah.”


cerpen cinta penuh air mata

0

Berkali-kali Rana gagal menikah. Kekasihnya selalu meninggalkannya sesaat sebelum mempersuntingnya. Cinta pun datang dan pergi dalam hidupnya.

Ketika seorang pemuda tampan melamar Rana, pernikahan malah terasa bagai neraka.

“Kalau kau mabuk-mabukan, menghambur-hamburkan uangku, aku masih bisa memaafkan, Jor,” pekik Rana pilu. “Tapi kalau sudah ada perempuan lain yang mengandung anakmu, itu artinya perkawinan kita berakhir...”

Sampai Rana bertemu Hastar, seorang penyanyi kafe bersuara emas, yang mencintai Rana dengan sepenuh hati.