“Fio, tunggu…!”, langkahku langsung terhenti kala Denis memanggilku.
“Ada apa ?” ” Ini, buku latihanmu ketinggalan.”kata Denis. “Makasi”
jawabku sambil tersenyum. Denis membalas senyumku, senyum manis yang
memberikan arti bahwa ia adalah sosok anak muda yang ramah dan baik
hati.
Kini, hari-hariku pun sudah ditemani oleh Denis.
Semua terasa sangat menyenangkan. Dan ternyata, itu hanya awalnya saja. Ketika hubunganku dengannya memasuki usia ke-3 bulan, saat itulah mimpi burukku datang.
“Fio, sini, aku mau ngomong sesuatu.”kata Denis. Aku langsung menelan ludah, tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi padaku. “Aku mau kita temenan aja.”lanjut Denis.
Taaarr ! Seakan ada ribuan cambuk yang mengenai hatiku. Aku langsung menitikkan air mata, tetapi segera kuhapus tanpa sepengetahuan Denis. Aku tak ingin lemah di hadapannya. Aku hanya diam.
“Fio, maafin aku…” Aku langsung berlari sejauh mungkin, tak peduli walau langit sedang menangis seakan tahu apa yang kini tengah aku rasakan. Aku berlari di tengah derasnya hujan, tak ada tanda-tanda kalau Denis akan mengejarku. Biarlah, kataku dalam hati.
Keesokan harinya, tak sengaja aku bertemu Denis di sebuah pusat perbelanjaan. Ia bersama seorang perempuan cantik, berkulit putih, manis, tinggi pula. Ideal sekali untuk ukuran seorang wanita sempurna. Oh Tuhan, ironis. Satu kata yang dapat mewakilkan keadaanku saat ini setelah aku berusaha untuk mempertahankan semuanya. Kini, hancur sudah semuanya karena orang yang kusayangi.
Aku ingin sematkan bintang di dahinya, agar ia tahu betapa besar rasa sayangku padanya. Tuhan, masih bisakah hari itu terulang ? Hari dimana aku dan Denis masih bersama .
*****
0 comments:
Post a Comment