Aku hanya bisa terdiam dengan keputusannya waktu itu, keputusan untuk
mengakhiri hubungan kami. Aku sudah mencoba untuk mempertahankannya,
tapi semuanya sia-sia saja. Cinta tak bisa dipaksa, buat apa aku
pertahankan semuanya jika di memang sudah tak mencintaiku lagi?.
Sudah tiba saatnya, saat dimana aku harus merelakan, mengikhlaskan,
pergi dan menjauh dari dia. Sebelum putus memang hubungan kami kurang
baik, banyak terjadi kesalah pahaman, banyak yang memprovokatori
hubungan kami. Sangat disayangkan karena hubungan kami telah direstui
oleh pihak keluargaku.
Aku menatap langit di luar yang sedang mendung, apa-apaan ini? Apakah
langit ingin mengejekku? Kondisi hatiku memang sedang tidak baik, aku
lebih banyak memilih diam, dan menggalau di kamar curhat lewat dumay,
yang kurasa cuman dumay yang bisa mengerti.
Kebahagiaan itu, aku mulai kehilangan kebahagiaan itu. Senyumanku
yang selalu ada di pagi hari kini tak ada lagi. Kenapa waktu begitu
tidak adil? Mengapa dia membuatku kehilangan kebahagiaan itu di saat aku
telah
benar-benar mendapatkannya. Aku mulai merasa tak bisa menjadi
diriku sendiri, aku lari, aku menghindar dan tak mau menerima kenyataan.
Seharusnya aku berhenti bermimpi, aku bukanlah segalanya untuknya, aku
hanyalah sebuah kenangan, kenangan yang setiap harinya akan hilang.
Seharusnya aku sadar dia akan segera menemukan pengganti ku yang bisa
membuatnya tersenyum setiap harinya. Nantinya akan cukup sakit jika tahu
alasannya tersenyum bukanlah karena aku.
Aku termenung terpaku melihat langit yang penuh dengan
bintang-bintang, keindahan malam itu mengajakku untuk tetap tersenyum
dalam keadaanku ini. Aku sudah mulai sadar cinta tak selamanya seperti
yang aku inginkan, terkadang cinta menginginkan hal lain seakan-akan
ingin bebas, terbang dan berkreasi dengan imajinasinya sendiri. Entah
kenapa di saat cinta sudah saling mencintai tapi malah keadaan yang
melarangnya bersatu, bahkan bisa memisahkan dan menghancurkannya seperti
yang ku alami sekarang.
Sunyi yang kurasa saat itu berubah menjadi keramaian yang tak jelas
dari mana asalnya, aku kembali teringat akan masa lalu, masa bahagia
bersamanya, canda, tawa, janji-janji, mimpiku yang sama dengannya, yang
kurahap akan menjadi nyata, semua itu membuatku mendengar suara
genderang yang tak berhenti mengiringi setiap detak jantungku. Ingin ku
teriak, tapi suaraku tertahan, air mata pun seketika jatuh, entah air
mata apa ini? Apakah ini air mata kebahagiaan karena aku sudah bisa
terlepas dari cinta yang hanya bisa membuatku sakit? Ataukah ini air
mata penyesalan, penyesalan cinta karena aku sudah kehilangan orang yang
bisa membuatku bahagia, cinta yang telah merasuk ke dalam setengah
hidupku.
Cinta, aku benar-benar rapuh, aku mencintainya sungguh benar
mencintainya. Seharusnya aku bisa mengumumkan kepada dunia, “aku
bahagia, aku sangat bahagia bersamanya.” apa yang menurut kita baik
belum tentu menurut allah itu yang terbaik. Allah gak akan ngasih cobaan
diluar batas kemampuan umatnya, sesatu yang diawali dengan baik,
akhirnya pun akan baik. Di dunia ini gak ada yang sempurna, ya itulah
hidup semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan
pernah mendapatkannya.
Ada banyak hal yang tidak bisa aku katakan, hatiku ini akan terus
mengingatmu, mengingat kenangan yang masih mampu untuk kuingat, setelah
ini aku tidak benar-benar tau apa yang akan terjadi karena waktu akan
terus berputar. Di saat kamu merasakan kebahagiaanmu nanti, aku harap
aku juga bisa ikut merasakannya. Cinta ini, perasaan ini hanya akan
kusimpan, akan kubiarkan hilang dengan sendirinya. Bukankah itu akan
lebih baik? Harus membiarkanmu pergi bukanlah hal yang semudah ucapan,
aku akan membalikan badan sehingga aku tak akan melihatmu meniggalkanku.
Tak peduli sebanyak apa air mata yang akan menetes.
Walaupun aku sangat menginginkan cinta dan sayangmu yang lebih dan
lebih kepadaku. Walaupun aku sangat menginginkan kepedulianmu
terhadapku, perhatianmu kepadaku. Aku akan tetap seperti ini,
mengenangmu dengan caraku, mencintaimu dengan caraku, dalam diam akan
kusimpan semuanya, dalam diam aku akan pelan-pelan melepaskanmu.
CERPEN MENCINTAI DALAM DIAM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment