CERPEN
* CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI*
Di pagi yang cerah ini, hatiku sangat bahagia. Sudah lama aku tidak
merasakan kebahagiaan yang seperti ini semenjak berpisah dengan Aya,
gadis cantik bernama lengkap Nurul Badriah yang lebih senang dipanggil
dengan nama panggilan itu. Sambil mengendarai sepeda motor matic, aku
melamun.
Saat di SMA (Sekolah Menengah Atas) dulu, aku dan Aya
sempat merajut kasih. Lalu pada saat aku lulus SMA dan melanjutkan
kuliah di Universitas Indonesia, hubungan kami terputus begitu saja.
Kini
di masa kuliah, Aya yang dulu adalah adik kelasku di SMA ternyata
memilih universitas yang sama denganku. Bukan hanya itu saja, gadis
berwajah manis dengan rambut panjang bergelombang itu juga memilih
fakultas dan program studi yang sama denganku, yaitu FIB (Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya) Program Studi Sastra Indonesia.
Pertemuan
kembali kami di kampus yang sama membuat hatiku bergetar. Hatiku kembali
merasakan cinta yang dulu pernah singgah namun terbang entah ke mana.
Kini cinta itu bersemi kembali dan aku bertekad untuk mendapatkan cinta
itu lagi. Berbagai macam usaha aku lakukan untuk meyakinkan gadis
langsing berkulit putih itu. Dan akhirnya, aku berhasil mendapat
kepercayaannya lagi dan cinta kami pun bersemi kembali. Banyak orang
meyebut kejadian itu CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Namun bagiku,
kejadian itu kusebut NNJKKM (Nyang Namenye Jodo Kagak Ke Mane).
Tersadar
dari lamunanku, aku mencaci maki diri sendiri karena sempat-sempatnya
melamun saat mengendarai sepeda motor. Untung saja tidak terjadi hal-hal
yang tidak aku inginkan, seperti menabrak trotoar, mobil, sepeda motor
lain, dan polisi lalu lintas. Tujuanku dalam perjalanan pagi hari ini
adalah rumah perempuan paling baik hati se-dunia. Aku akan menjemputnya
untuk pergi ke kampus bersama-sama.
Akhirnya aku sampai di rumah
Aya pada 06.30. Rumahnya terletak di daerah Jagakarsa. Rumah itu ada di
dalam sebuah gang yang tidak terlalu sempit dan tidak terlalu jauh dari
mulut gang. Tempat berlindung dan berteduh itu menghadap ke Timur. Dapat
kusimpulkan karena jendela dan pintu utama serta pagar rumah itu
menghadap ke arah matahari terbit.
Ku parkirkan sepeda motorku di
depan pagar rumahnya. Rumahnya sederhana, tidak mewah tetapi tidak
miskin juga. Pagar rumahnya terbuat dari besi yang berbaris dan dari
dalam rumah dipasang fiber glass agar pagar itu tak memperlihatkan
pemandangan di teras rumah. Pagar itu tingginya 1 m dan berdiri
mengelilingi rumah tak bertingkat yang dicat tembok warna merah muda
(pink).
Lantai teras rumah itu merupakan susunan yang rapih
keramik-keramik berwarna merah tua. Di tengah teras itu terdapat satu
set bangku kayu beserta mejanya yang terlihat baru. Satu set bangku
tersebut terdiri dari satu buah bangku panjang yang bisa diduduki tiga
orang, dan dua bangku kecil untuk satu orang. Bangku-bangku itu masih
merapat pada meja. Mungkin karena masih pagi jadi bangku-bangku kayu itu
belum disusun sesuai tempat seharusnya. Posisi tersebut tidak
memungkinkan bangku-bangku kayu itu untuk diduduki.
Pada bagian
pojok kanan teras terdapat sebatang pohon jambu air yang tak terlalu
besar. Aku perkirakan pohon itu adalah pohon cangkokan, karena pohon
berukuran sedang itu sudah banyak menghasilkan buah jambu air yang bisa
dibilang banyak. Pohon itu ditanam di sebuah pot yang lebih meyerupai
setengah bagian drum. Di sekitar pohon jambu itu juga terdapat
tanaman-tanaman hias seperti anturium Wave Of Love Giant, mawar,
anggrek, kamboja kecil, dan lain sebagainya.
Lantai teras rumah
Aya terlihat masih berdebu dan terdapat kotoran yang menunjukkan
ceplakan ban motor. Mungkin ayah Aya meninggalkan kotoran itu saat
memasukkan motornya ke dalam rumah. Kuliahat kotoran itu panjang sampai
ke pintu rumah.
Aku mengucap salam dan tak lama kemudian Aya
keluar. Dia terlihat cantik pagi hari ini. Pakaiannya terlihat baru. Dia
mengenakan kaos biru muda yang dilapisi oleh kardigan hitam. Bawahannya
mengenakan celana jins biru tua. Sandal di kakinya juga terlihat baru.
Mungkin semua telah ia persiapkan untuk sekarang, hari pertamanya
kuliah.
Kami berdua pergi menuju kampus. Di kampus kami kuliah di
ruang yang berbeda dan berpisah untuk sementara. Kebetulan pada hari
ini aku dan dia selesai kuliah pada waktu yang sama, yaitu pukul 11.45.
Setelah itu kami janjian untuk makan siang di kantin. Setelah makan
siang kami pulang. Aku mengantarkan Aya ke rumahnya.
Sesampainya
di rumah Aya, aku melihat ada banyak perubahan pada teras rumahnya. Satu
set bangku beserta mejanya kini tak lagi salig merapat. Bangku-bangku
itu kini sedikit merenggang dari meja. Hal itu memudahkan orang yag
ingin duduk di bangku itu. Lantai teras pun kini sudah bersih dari debu
dan kotoran. Lantai teras itu terlihat bersih seperti habis di pel.
Daun-daun jambu air yang tadi pagi berserakan di teras juga sudah tidak
ada lagi. Tanaman-tanaman hias juga tampak jauh lebih segar karena telah
disiram.
Di pojok kiri teras kini terdapat sebuah jemuran besi
lipat yang penuh dengan pakaian. Tadi pagi jemuran itu belum ada,
mungkin disimpan di dalam rumah. Pakaian-pakaian pada jemuran itu
terlihat sudah agak kering.
Setelah mengantar Aya pulang, aku
segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamarku
dan melemparkan tas ke samping tempat tidur. Setelah itu aku meloncat
ke atas kasur dan tak lama kemudian aku tertidur.
Pada saat aku
terlelap, telepon genggamku tiba-tiba saja berbunyi. Aku lagsung
terbangun mendengarnya karena bunyi telepon genggamku sudah kuatur
dengan volume suara yang paling kencang. Kulihat ke layar alat
komunikasi itu. Rupanya panggilan masuk dari Aya. Kuangkat telepon
genggamku dengan segera setelah mengetahui itu.
Aya memintaku
untuk menemaninya ke toko buku. Aku menyanggupinya karena tak mungkin
bagiku untuk menolak keinginan orang yang kucinta. Aku pun bangun dari
tempat tidurku lalu menuju kamar mandi untuk buanng air, cuci muka, dan
merapikan diri. Saat aku sudah rapi, kulihat jam di dinding rumah.
Rupanya sekarang pukul 18.03. Sebelum berangkat ke rumah Aya aku
memutuskan untuk solat Maghrib terlebih dahulu.
Pukul 18.30 aku
sampai di rumah Aya. Aya pun langsung keluar rumah setelah mendengar
bunyi motorku. Ketika hendak pergi, aku menyempatkan untuk memperhatikan
teras rumahnya.
Kini teras rumahnya juga menampakkan beberapa
perubahan dari tadi siang. Di teras itu kini terdapat sebuah sepeda
motor milik ayah Aya. Hal itu menandakan bahwa ayahnya sudah pulang dari
tempat kerjanya. Bangku-bangku dan meja juga terlihat sedikit
berantakan. Kuperkirakan hal itu terjadi karena ada yang menduduki
bagku-bangku tersebut sebelum aku datang. Dan kulihat ada dua cangkir
dan satu asbak di atas meja tersebut. Daun-daun jambu air juga sudah
mulai berserakan kembali di lantai. Jemuran besi juga sudah tak ada lagi
di pojok kiri rumah. Setelah selesai memperhatikan, aku pun pergi
bersama Aya menuju toko buku di kawasan Cilandak.
Di toko buku
Aya mencari buku untuk kuliah yang dicarinya. Setelah membelinya Aya
mengajakku untuk pulang, namun kubilang padanya aku tak mau pulang dulu.
Saat itu perutku lapar sekali karena belum sempat makan. Akhirnya aku
dan Aya makan malam dulu sebelum pulang di rumah makan Padang di kawasan
Kampung Kandang. Setelah selesai makan kami pun pulang. Aku mengantar
Aya kembali ke rumahnya.
Kami sampai pukul 20.30. Setelah itu
kami duduk-duduk di bangku teras. Saat pukul 21.30 aku pamit pulang pada
Aya. Seperti biasa, sebelum pulang aku memperhatikan terlebih dahulu
rumahnya.
Kini kotoran bekas ban motor muncul kembali.
Bangku-bangku juga sudah rapat kembali dengan meja karena tadi aku
sendiri yang mengangkatnya. Lalu hordeng di balik jendela juga sudah
tertutup. Lampu teras sudah menyala sejak aku meninggalkan rumahnya tadi
sore. Daun-daun jambu juga sudah banyak berserakan di lantai. Setelah
puas memperhatikan itu semua aku pun pulang.
Di perjalanan aku
tersadar bahwa waktu mempunyai peranan penting dalam dunia ini. Waktu
bisa mengubah segalanya. Tempat, kondisi, cuaca, fisik manusia, dan
sifat manusia semuanya bisa diubah oleh waktu. Tak ada yang tak dapat
diubah oleh waktu. Begitu juga cinta yang dulu pernah hilang kini diubah
oleh waktu hingga cinta itu datang kembali.
Saat di SMA (Sekolah Menengah Atas) dulu, aku dan Aya
sempat merajut kasih. Lalu pada saat aku lulus SMA dan melanjutkan
kuliah di Universitas Indonesia, hubungan kami terputus begitu saja.
Kini
di masa kuliah, Aya yang dulu adalah adik kelasku di SMA ternyata
memilih universitas yang sama denganku. Bukan hanya itu saja, gadis
berwajah manis dengan rambut panjang bergelombang itu juga memilih
fakultas dan program studi yang sama denganku, yaitu FIB (Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya) Program Studi Sastra Indonesia.
Pertemuan
kembali kami di kampus yang sama membuat hatiku bergetar. Hatiku kembali
merasakan cinta yang dulu pernah singgah namun terbang entah ke mana.
Kini cinta itu bersemi kembali dan aku bertekad untuk mendapatkan cinta
itu lagi. Berbagai macam usaha aku lakukan untuk meyakinkan gadis
langsing berkulit putih itu. Dan akhirnya, aku berhasil mendapat
kepercayaannya lagi dan cinta kami pun bersemi kembali. Banyak orang
meyebut kejadian itu CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Namun bagiku,
kejadian itu kusebut NNJKKM (Nyang Namenye Jodo Kagak Ke Mane).
Tersadar
dari lamunanku, aku mencaci maki diri sendiri karena sempat-sempatnya
melamun saat mengendarai sepeda motor. Untung saja tidak terjadi hal-hal
yang tidak aku inginkan, seperti menabrak trotoar, mobil, sepeda motor
lain, dan polisi lalu lintas. Tujuanku dalam perjalanan pagi hari ini
adalah rumah perempuan paling baik hati se-dunia. Aku akan menjemputnya
untuk pergi ke kampus bersama-sama.
Akhirnya aku sampai di rumah
Aya pada 06.30. Rumahnya terletak di daerah Jagakarsa. Rumah itu ada di
dalam sebuah gang yang tidak terlalu sempit dan tidak terlalu jauh dari
mulut gang. Tempat berlindung dan berteduh itu menghadap ke Timur. Dapat
kusimpulkan karena jendela dan pintu utama serta pagar rumah itu
menghadap ke arah matahari terbit.
Ku parkirkan sepeda motorku di
depan pagar rumahnya. Rumahnya sederhana, tidak mewah tetapi tidak
miskin juga. Pagar rumahnya terbuat dari besi yang berbaris dan dari
dalam rumah dipasang fiber glass agar pagar itu tak memperlihatkan
pemandangan di teras rumah. Pagar itu tingginya 1 m dan berdiri
mengelilingi rumah tak bertingkat yang dicat tembok warna merah muda
(pink).
Lantai teras rumah itu merupakan susunan yang rapih
keramik-keramik berwarna merah tua. Di tengah teras itu terdapat satu
set bangku kayu beserta mejanya yang terlihat baru. Satu set bangku
tersebut terdiri dari satu buah bangku panjang yang bisa diduduki tiga
orang, dan dua bangku kecil untuk satu orang. Bangku-bangku itu masih
merapat pada meja. Mungkin karena masih pagi jadi bangku-bangku kayu itu
belum disusun sesuai tempat seharusnya. Posisi tersebut tidak
memungkinkan bangku-bangku kayu itu untuk diduduki.
Pada bagian
pojok kanan teras terdapat sebatang pohon jambu air yang tak terlalu
besar. Aku perkirakan pohon itu adalah pohon cangkokan, karena pohon
berukuran sedang itu sudah banyak menghasilkan buah jambu air yang bisa
dibilang banyak. Pohon itu ditanam di sebuah pot yang lebih meyerupai
setengah bagian drum. Di sekitar pohon jambu itu juga terdapat
tanaman-tanaman hias seperti anturium Wave Of Love Giant, mawar,
anggrek, kamboja kecil, dan lain sebagainya.
Lantai teras rumah
Aya terlihat masih berdebu dan terdapat kotoran yang menunjukkan
ceplakan ban motor. Mungkin ayah Aya meninggalkan kotoran itu saat
memasukkan motornya ke dalam rumah. Kuliahat kotoran itu panjang sampai
ke pintu rumah.
Aku mengucap salam dan tak lama kemudian Aya
keluar. Dia terlihat cantik pagi hari ini. Pakaiannya terlihat baru. Dia
mengenakan kaos biru muda yang dilapisi oleh kardigan hitam. Bawahannya
mengenakan celana jins biru tua. Sandal di kakinya juga terlihat baru.
Mungkin semua telah ia persiapkan untuk sekarang, hari pertamanya
kuliah.
Kami berdua pergi menuju kampus. Di kampus kami kuliah di
ruang yang berbeda dan berpisah untuk sementara. Kebetulan pada hari
ini aku dan dia selesai kuliah pada waktu yang sama, yaitu pukul 11.45.
Setelah itu kami janjian untuk makan siang di kantin. Setelah makan
siang kami pulang. Aku mengantarkan Aya ke rumahnya.
Sesampainya
di rumah Aya, aku melihat ada banyak perubahan pada teras rumahnya. Satu
set bangku beserta mejanya kini tak lagi salig merapat. Bangku-bangku
itu kini sedikit merenggang dari meja. Hal itu memudahkan orang yag
ingin duduk di bangku itu. Lantai teras pun kini sudah bersih dari debu
dan kotoran. Lantai teras itu terlihat bersih seperti habis di pel.
Daun-daun jambu air yang tadi pagi berserakan di teras juga sudah tidak
ada lagi. Tanaman-tanaman hias juga tampak jauh lebih segar karena telah
disiram.
Di pojok kiri teras kini terdapat sebuah jemuran besi
lipat yang penuh dengan pakaian. Tadi pagi jemuran itu belum ada,
mungkin disimpan di dalam rumah. Pakaian-pakaian pada jemuran itu
terlihat sudah agak kering.
Setelah mengantar Aya pulang, aku
segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamarku
dan melemparkan tas ke samping tempat tidur. Setelah itu aku meloncat
ke atas kasur dan tak lama kemudian aku tertidur.
Pada saat aku
terlelap, telepon genggamku tiba-tiba saja berbunyi. Aku lagsung
terbangun mendengarnya karena bunyi telepon genggamku sudah kuatur
dengan volume suara yang paling kencang. Kulihat ke layar alat
komunikasi itu. Rupanya panggilan masuk dari Aya. Kuangkat telepon
genggamku dengan segera setelah mengetahui itu.
Aya memintaku
untuk menemaninya ke toko buku. Aku menyanggupinya karena tak mungkin
bagiku untuk menolak keinginan orang yang kucinta. Aku pun bangun dari
tempat tidurku lalu menuju kamar mandi untuk buanng air, cuci muka, dan
merapikan diri. Saat aku sudah rapi, kulihat jam di dinding rumah.
Rupanya sekarang pukul 18.03. Sebelum berangkat ke rumah Aya aku
memutuskan untuk solat Maghrib terlebih dahulu.
Pukul 18.30 aku
sampai di rumah Aya. Aya pun langsung keluar rumah setelah mendengar
bunyi motorku. Ketika hendak pergi, aku menyempatkan untuk memperhatikan
teras rumahnya.
Kini teras rumahnya juga menampakkan beberapa
perubahan dari tadi siang. Di teras itu kini terdapat sebuah sepeda
motor milik ayah Aya. Hal itu menandakan bahwa ayahnya sudah pulang dari
tempat kerjanya. Bangku-bangku dan meja juga terlihat sedikit
berantakan. Kuperkirakan hal itu terjadi karena ada yang menduduki
bagku-bangku tersebut sebelum aku datang. Dan kulihat ada dua cangkir
dan satu asbak di atas meja tersebut. Daun-daun jambu air juga sudah
mulai berserakan kembali di lantai. Jemuran besi juga sudah tak ada lagi
di pojok kiri rumah. Setelah selesai memperhatikan, aku pun pergi
bersama Aya menuju toko buku di kawasan Cilandak.
Di toko buku
Aya mencari buku untuk kuliah yang dicarinya. Setelah membelinya Aya
mengajakku untuk pulang, namun kubilang padanya aku tak mau pulang dulu.
Saat itu perutku lapar sekali karena belum sempat makan. Akhirnya aku
dan Aya makan malam dulu sebelum pulang di rumah makan Padang di kawasan
Kampung Kandang. Setelah selesai makan kami pun pulang. Aku mengantar
Aya kembali ke rumahnya.
Kami sampai pukul 20.30. Setelah itu
kami duduk-duduk di bangku teras. Saat pukul 21.30 aku pamit pulang pada
Aya. Seperti biasa, sebelum pulang aku memperhatikan terlebih dahulu
rumahnya.
Kini kotoran bekas ban motor muncul kembali.
Bangku-bangku juga sudah rapat kembali dengan meja karena tadi aku
sendiri yang mengangkatnya. Lalu hordeng di balik jendela juga sudah
tertutup. Lampu teras sudah menyala sejak aku meninggalkan rumahnya tadi
sore. Daun-daun jambu juga sudah banyak berserakan di lantai. Setelah
puas memperhatikan itu semua aku pun pulang.
Di perjalanan aku
tersadar bahwa waktu mempunyai peranan penting dalam dunia ini. Waktu
bisa mengubah segalanya. Tempat, kondisi, cuaca, fisik manusia, dan
sifat manusia semuanya bisa diubah oleh waktu. Tak ada yang tak dapat
diubah oleh waktu. Begitu juga cinta yang dulu pernah hilang kini diubah
oleh waktu hingga cinta itu datang kembali.
Cerpen_Cinta lama bersemi kembali
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment