Cerpen_Harus sampai di sini

 Cerpen ; HARUS SAMPAI DI SINI
 
Hai saya balik lagi dengan cerpen baru…

Awan kelabu menyelimuti birunya langit matahari enggan menampakkan sinarnya,deru angin menyapu dedaunan di pohon sehingga gugur satu persatu.
Hari ini seperti biasa aku berangkat ke sekolah,tapi sebelumnya aku harus kerumah Alvin untuk berangkat bareng dengannya.
Oh…ya namaku Oik Cahya Ramadlani saat ini duduk di bangku SMA tepatnya kelas XI. Alvin Jonathan Sindunata dia adalah sahabatku sejak kecil bahkan sudah ku anggap seperti saudara sendiri.
Aku sudah sampai di halaman rumah Alvin,ku lihat pemandangan yang tidak seperti biasanya seluruh rose,tanaman kesayangan Alvin bunganya berguguran.
“Ya ampun kenapa ini??”tanya Oik heran,biasanya yang gugur adalah bunga yang sudah layu tapi ini tidak bahkan yang baru mekar juga ikut gugur.
Hai saya balik lagi dengan cerpen baru…
 
Awan kelabu menyelimuti birunya langit matahari enggan menampakkan sinarnya,deru angin menyapu dedaunan di pohon sehingga gugur satu persatu.
Hari ini seperti biasa aku berangkat ke sekolah,tapi sebelumnya aku harus kerumah Alvin untuk berangkat bareng dengannya.
Oh…ya namaku Oik Cahya Ramadlani saat ini duduk di bangku SMA tepatnya kelas XI. Alvin Jonathan Sindunata dia adalah sahabatku sejak kecil bahkan sudah ku anggap seperti saudara sendiri.
Aku sudah sampai di halaman rumah Alvin,ku lihat pemandangan yang tidak seperti biasanya seluruh rose,tanaman kesayangan Alvin bunganya berguguran.
“Ya ampun kenapa ini??”tanya Oik heran,biasanya yang gugur adalah bunga yang sudah layu tapi ini tidak bahkan yang baru mekar juga ikut gugur.

Perasaan Oik jadi gelisah,perasaan yang membuatnya tak nyaman. Oik tak menghiraukannya dan terus melangkah menuju rumah Alvin.
Oik mengetuk pintu rumah Alvin,beberapa saat kemudian seseorang dari dalam membuka pintu tersebut. Ternyata yang keluar pembantu Alvin.
“Alvinnya ada…Bi?”tanya Oik pada pembantu Alvin.
“Maaf neng beberapa hari yang lalu den Alvin pergi dan sampai sekarang dia belum pulang”jelas pembantu Alvin.
“Pergi kemana?”.
“Saya kurang tau neng”.
“Hmm…yaudah deh Bi kalau gitu saya permisi dulu”pamit Oik,dengan terpaksa dia berangkat sendirian naik taksi.


Biasanya aku bingung ke sekolah berangkat bareng siapa?(Alvin,Cakka atau Iel) Tapi kali ini aku bingung mau numpang siapa :(.
Sampai disekolah bel tanda masuk telah berbunyi,aku berlari menuju pintu gerbang yang hampir ditutup pak satpam.

“Pak jangan di tutup dulu pintunya”pinta Oik.
“Ini udah waktunya masuk dan kamu udah telat”jelas satpam itu,Oik mencari akal supaya dia di ijinkan masuk.
“Tadi saya telat gara-gara nolongin orang yang kecelakaan di jalan pak”jelas Oik dengan tampang melas.

Satpam tersebut iba melihat Oik dan akhirnya…
“Ya udah kamu boleh masuk”ucap satpam mengijinkan.
“Makasih pak”usaha Oik merayu satpam itu berhasil senyum mengembang di bibirnya walaupun harus dengan cara berbohong.

Aku segera menuju kelasku dan berharap bu Oki belum masuk kelas.
“Kelas sepi pasti mata pelajaran bu Oki sudah di mulai”tebak Oik.
Perlahan ku buka pintu ruang kelas namun tak ada bu Oki disana,teman-teman kelasku malah sibuk mencatat. Aku segera menuju bangku ku.
“Tumben bu Oki belum datang biasanya dia rajin banget”tanya Oik pada Keke teman sebangkunya,kemudian dia duduk.
“Bukannya belum datang Ik,tapi beliau emang nggak datang”jelas Keke.
“Oh pantesan”.

Hari ini aku melihat papan absen yang tertempel di dinding ada beberapa mana disana,aku menghela nafas pendek.
‘Huh Cakka udah 5 hari nggak masuk,kemana sih dia?’ batin Oik heran.
‘Alvin juga,Hp nggak bisa di hubungi pula’Oik menenggelamkan wajahnya dikedua tangannya.

Kini perasaan itu muncul lagi,perasaan yang membuatku gelisah dan takut,kenapa ini?.
“Oikkk…..”tegur Keke saat Oik tertunduk di mejanya.
“Hmm…..”Oik mengangkat wajahnya melihat ke arah Keke.
“Ke kantin yuk? Kenapa sih melas amat wajah lu Ik”ajak dan tanya Keke melihat raut Oik yang tampak sedih.
“Nggak tau kenapa hari ini aku lagi nggak mod banget”bales Oik.
“Pasti karena Cakka nggak masuk kan”tebak Keke,Oik melonggo.
“Udah nggak usah kaget gitu kali,kalian kan akhir-akhir ini deket banget”kata Keke.
“Jadi ke kantin nggak nih?”tanya Oik berusaha mengalihkan perhatian Keke.
“Yupp”Keke dan Oik keluar kelas dan melangkah menuju kantin.


Oik memesan mie ayam tapi nggak dimakan cuman di aduk-aduk mulu,sekarang dia di kantin tapi pikirannya entah kemana.
“Oik lu lagi mikirin apa sih?”tanya Keke khawatir saat melihat Oik yang melamun.
“Eh gpp kok”Oik tersadar dari lamunannya.

Bel pulang berbunyi aku berjalan menuju pintu gerbang,langkah ku terhenti saat melihat seorang cowok menghadangku,sepertinya dia bukan siswa sini.
“Hmm…kamu ya yang namanya Oik?”tanya cowok itu.
Ku perhatikan dia sekilas,rambutnya agak gondrong tingginya hmm? Masih tinggian aku dikit.
“Iya…kamu siapa?”tanya Oik heran.
“Nanti gue jelaskan,lu bisa ikut gue sekarang?”ajak cowok itu pada Oik.
“Ikut kamu? Kemana?!.”tanya Oik lagi.
“Lu mau atau nggak” karena penasaran Oik ikut aja,kelihatannya dia cowok baik-baik.
“Oke deh”Oik mengangguk setuju dan mengikuti cowok tersebut menuju mobilnya.

Cowok itu mengajakku menaiki mobilnya,entah dia mau mengajakku kemana,mobil dia akhirnya meninggalkan halaman SMA Pertiwi.
“Oh ya kenalin nama gue Ray”ucap cowok itu kepada Oik saat ditengah perjalanan.
“Ray…kamu tau namaku dari mana?”tanya Oik.
“Cakka cerita banyak tentang lu…ke gue”.
“Cakka….?”Oik tak mengerti apa yang barusan Ray jelaskan.
“Oh ya gue saudara sepupunya Cakka”jelas Ray.
“Hmm…Cakka kemana Ray? Soalnya beberapa hari ini dia nggak masuk”tanya Oik mungkin Ray tau kenapa dia sering nggak masuk.
“Nanti lu juga tau sendiri”ucap Ray setelah itu mereka saling diam,begitu pula Oik,dia penasaran banget ini cowok mau mengajaknya kemana.

“Kayaknya Cakka itu suka banget deh sama lu Ik? Lu sendiri suka nggak sama dia”kata Ray membuka kembali percakapan.
Aku terdiam mendengar ucapan Ray barusan,kemudian aku teringat kembali 2 minggu yang lalu saat Cakka mengajakku ke taman belakang sekolah.

~Flashback Turn On~

Jam pelajaran telah usai para siswa beranjak dari kelas,beberapa saat kelas sepi aku bangkit dari kursi dan hendak menuju kantin kemudian Cakka menghadang langkahku saat sampai di depan pintu’.
“Bisa ikut aku sebentar?”tanya Cakka.
“Kemana”tanya Oik.Cakka menggengam tangan Oik dan mengajaknya kesuatu tempat dia nurut saja.
Hingga akhirnya mereka sampai di taman belakang sekolah,tempatnya sejuk dan nyaman tapi sepi. Didekatnya ada sebuah danau.
“Ngapain sih kamu ngajak aku kesini??”tanya Oik kemudian ikut duduk disebelah Cakka.
“Aku sering datang kesini,rasanya tenang dan nyaman kalau ada ditempat ini”Cakka menyandarkan kepalanya di bahu Oik.

Untuk beberapa saat mereka diam tak ada percakapan,Oik menikmati suasana di taman itu,hatinya merasa nyaman dan damai.
“Asal kamu tau Ik,saat ini aku ingin terus ada disampingmu…aku nggak mau ada kata pisah diantara kita”lanjutnya.
“Tapi keinginanku takkan sejalan dengan kenyataan”lanjutnya.
Aku tersentak mendengar kata-kata barusan.
“Maksud perkataan kamu tadi apa sih aku nggak ngerti”tanya Oik.
Cakka tidak menjawab,hal itu membuat tanda tanya besar di otakku.

~Flashback Turn Off~

“Oikkkkk…”panggilan Ray membuat Oik tersadar dari lamunannya dan kembali ke alam nyata .
“Eh ia Ray”Oik tersadar dari lamunannya.
“Lu ngelamuin apa sih? Ada masalah ya?!”tanya Ray Oik menggeleng.

Saat itu juga mobil Ray sampai dirumah sakit hmm…ngapain sih dia ngajak aku kesini? Emang siapa yang sakit?!. Aku mengikuti langkah Ray memasuki rumah sakit,menyusuri lorong-lorong hingga langkah kami terhenti disebuah ruang…yupp ruang ICU tulisan itu terpampang jelas di pintu.
“Lu masuk aja”saran Ray,karena penasaran Oik nurut saja.

Karena ruang ICU steril aku harus memakai pakaian khusus yang sudah tersedia disana,begitu masuk langsung tercium bau alkohol yang sangat menyengat di hidungku.
Ku dapatinya seseorang sedang terbaring koma ditempat tidur dengan balutan alat-alat medis ditubuhnya,aku mendekati orang itu dan…
“Cakka”lirih Oik,Ray kemudian masuk dan berdiri di belakangnya.
“Iya lu nyari dia kan Ik”kata Ray. Oik duduk disamping tempat tidur Cakka di ikuti Ray.
“Jadi selama ini lu belum tau,emang Cakka nggak pernah cerita ke lu”kata-kata Ray membuat Oik harus menoleh kearahnya.
“Belum tau soal apa?”tanya Oik tak mengerti.
“Sejak lama Cakka mengindap gagal jantung dan dokter bilang dia harus menjalani transpalantasi karena itulah jalan satu-satunya Ik,agar nyawanya bisa tertolong”jelas Ray.
“Beberapa hari yang lalu penyakitnya kambuh dan sampai sekarang lu lihat sendiri kan”lanjutnya.
Tanpa ku sadari bulir-bulir air mataku jatuh membasahi pipiku,aku mengusapnya. Aku segera bangkit dari kursi.
“Mau kemana Ik?”tanya Ray.


Aku tak memperdulikan Ray yang memanggil namaku,saat ini aku ingin cepat-cepat sampai dirumah,segera ku cari taksi. 30 menit kemudian aku sampai rumah lalu menuju kamarku dan mengunci pintu. Saat ini aku lagi ingin sendiri,ucapan Ray di rumah sakit tadi masih teringang jelas ditelingaku. Segera ku ambil bantal dan menutup kedua telingaku.

Saat aku bangun pagi sudah menjelang seragam sekolah masih menempel di tubuhku,ternyata sejak dari sore aku ketiduran.


Aku segera kerumah Alvin,saat sampai dihalaman rumah dia seorang tukang kebun sedang membersihkan tanaman Alvin. Aku segera menghampiri tukang kebun itu.
“Kenapa tanamannya di potong semua?”tanya Oik heran.
“Itu neng entah kenapa tiba-tiba rose…den Alvin mati semua padahal saya rajin menyiramnya”jelas tukang kebun yang bekerja dirumah Alvin.
“Alvin sudah tau belum kalau rose kesayangannya itu mati semua”ucap Oik lagi.
“Belum neng karena beberapa hari ini den Alvin nggak dirumah,dia pergi 3 hari yang lalu”jelas tukang kebun itu lagi.

Perasaan itu datang lagi,membuatku tak nyaman dan takut.
“Jadi sampai sekarang Alvin belum pulang pak?”.
“Belum neng”.
“Bapak tau kemana dia pergi?”.
“Kalau itu saya kurang tau”.
Seisi rumah Alvin nggak ada yang tau kemana dia pergi,beberapa hari ini Alvin menghilang gitu aja. Rio…mungkin dia tau kemana Alvin.

Bel istirahat telah berbunyi aku segera menuju kelasnya Rio,kebetulan kami tidak satu kelas,aku tau kalau Alvin dekat banget sam Rio.
“Rio…”panggil Oik kemudian menghampiri Rio yang lagi duduk di bangkunya.
“Eh…Oik tumben nyari gue ada perlu ya?”tanya Rio PD.
“Ialah kalau nggak ada perlu aku nggak bakalan nyamperin kamu dikelas”jelas Oik.
“Kamu tau nggak Alvin kemana? Beberapa hari ini dia ngilang gitu aja”.
“Alvin…hmm gu…gue nggak tau Ik”kata Rio gelagapan.
“Yakin nggak tau soalnya kan kamu yang paling akrab sama dia dibandingkan sama aku”.
“Lah lu kan satu kelas,rumah lu kan dekat ma rumah Alvin kenapa nggak lu samperin aja”saran Rio.
“Aku udah kerumahnya,tapi kata pembantunya beberapa hari yang lalu dia pergi dan sampai sekarang dia belum pulang”jelas Oik.
“Aduh gu…gue bener-bener nggak tau Ik,soalnya gue hubungi nomornya nggak aktif”kata Rio.

Sepertinya Rio menyembunyikan sesuatu,dia pasti tau dimana Alvin cuman dia nggak mau ngaku,dari ekspersi wajahnya ketika ku tanya sepertinya gugup banget jawabnya.Semua teman-temannya sudah ku tanya tapi tak yang tau kemana Alvin berada.

Bel tanda pulang berbunyi menandakan kalau mata pelajaran hari ini telah usai,dengan langkah malas aku keluar dari kelas,sampai di pintu gerbang kulihat cowok yang kemarin itu sudah berdiri didekat pintu gerbang sambil celingukan yuppp….dia adalah Ray. Disaat yang sama Ray juga melihat ke arahku,dia lantas berjalan ke mendekatiku.
“Ray…..”kata Oik.
“Gue kesini mau jemput lu Oik”jelas Ray.
“Jemput aku…”Oik menunjuk dirinya sendiri.
“Iya soalnya dari kemarin Cakka nyari’in lu terus”jelas Ray.
“Kalau dia nanya’in aku berarti…”belum sempet Oik melanjutkan kalimatnya tapi sudah di potong oleh Ray.
“Dia udah sadar kemarin”selak Ray.
Oik hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah Ray menuju mobilnya.

Didalam mobil Ray entah kenapa aku jadi terus kepikiran sama Alvin,tiga hari nggak ketemu rasanya udah kaya 5 tahun. Ku ambil Hp dan memencet nomor Alvin.
Calling Alvin….
Maaf nomor yang anda tuju’ berada diluar service area.
Aku mengendus kesal malah operator yang bicara,huh berarti Hpnya dimati’in.

Hingga akhirnya kami sampai dirumah sakit.
Aku masuk di ikuti Ray di belakangku,miris sekali melihat keadaan Cakka yang sekarang terlihat rapuh dengan berbantuan alat-alat medis,jauh lebih memprihatinkan ketimbang kemarin saat belum sadar. Aku pun mendekati Cakka dan duduk disebelahnya.
“Cakka...”panggil Oik.
“Oik.......” suara lirih itu terdengar seperti rintihan yang membuat hati Oik makin miris.
“Alvin mana Ik?”tanya Cakka tiba-tiba yang melihat Oik cuman datang berdua dengan Ray tadi.
“Kenapa kamu jadi nanya’in Alvin”tanya Oik heran.
“Gpp...tapi dia baik-baik aja kan”pertanyaan Cakka barusan membuat Oik bingung.
“Iya...”kata Oik singkat.
Aku nggak mungkin bilang kalau,aku nggak tau gimana Alvin sekarang.

“Mungkin dia lagi sibuk kali,maklum kan dia ketua osis lagian sebentar lagi ada olimpiade saint”jelas Oik bohong.
Diruang itu cuman ada aku dan Cakka.

Degggggg!!!!!!!
“Akhhhhhhhhh”rintih Oik sambil memegangi dadanya.
“Kamu kenapa Oik...?”tanya Cakka panik.
“Ngg....nggak....tau...ke...kenapa....sakit banget....”keluh Oik sambil menundukkan kepalanya.
Cakka berusaha menenangkan Oik.

Kenapa ini perasaanku jadi nggak tenang,jantungku terasa berhenti berdetak untuk sesaat,aku berusaha menenangkan diri.

“Kamu udah gpp kan?”tanya Cakka saat Oik sudah mulai tenang.
“Udah gpp kok”kata Oik yang sudah tenang.


Kemudian setelah itu Hp Oik bergetar.
Rio calling....... Oik kemudian mengangkatnya.
“Hallo”sapa Oik
“Aku lagi di”Oik nggak mungkin bilang kalau dia lagi dirumah sakit.
“Di...di rumah”.
“Emang siapa yang sakit Io”.
“Apa...Al...Alvin...ke...kecelakaan”kata Oik kaget.
“Terus sekarang kalian dimana”
“Ok aku kesana sekarang”.
“ALVINNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN”jerit Oik hp nya langsung jatuh,dia segera keluar dari ruangan ICU tanpa memperdulikan Cakka.

Ya...Tuhan apa yang terjadi dengan Alvin,mudah-mudahan dia baik saja,aku terus berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit hingga akhirnya langkahku terhenti di ruang UGD,disana sudah ada Rio,Agni,Obiet dan juga Debo. Aku segera menghampiri.
“Gimana keadaan Alvin?”tanya Oik pada yang lain.
“Kritis”jawab Agni singkat.
“Kok bisa sih sampai kecelakaan? Gimana ceritanya”tanya Oik sambil duduk dibangku.
“Menurut orang yang ada dilokasi kejadian tadi Alvin bawa mobilnya ngebut dijalan terus ditikungan dia nggak ngurangi kecepatannya,dari arah yang berlawanan ada truk Alvin berusaha menghindar,karena tak bisa mengendalikan laju mobilnya akhirnya mobil dia nabrak pembatas jalan dan langsung masuk ke jurang”kali ini Agni yang menjelaskan panjang lebar sambil menitihkan air mata.
“Alvin tak bisa menyelamatkan dirinya,dia terjebak di mobilnya sendiri”lanjut Agni.

Aku hanya bisa menghela nafas mendengar penjelasan Agni barusan.
“Maaf Ik kemaren gue udah bohong sama lu soal Alvin”kata Rio tiba-tiba.
“Bohong soal Alvin???”kata Oik tak mengerti.
“Waktu lu nanya’in dia gue kan jawab nggak tau,padahal selama tiga hari yang lalu Alvin nginep dirumah gue Ik”jawab Rio.
“Jadi kamu tau sebenarnya Alvin dimana selama tiga hari yang lalu” Rio hanya mengangguk.
“Oh ya Alvin nitip’in ini buat lu”Rio menyodorkan sebuah bingkisan kepada Oik. Oik menerima bingkisan itu.
“Apa ini Io?”tanya Oik.
“Gue nggak tau Ik”Rio mengangkat kedua bahunya.

Ku terima sebuah bingkisan warna biru tua itu,aku penasaran apa isinya. Selang beberapa waktu kemudian dokter keluar dari UGD.
“Gimana dokter keadaan Alvin,dia masih bisa selamat kan?”tanya Debo. Dokter itu tak menjawab.
“Jawab dokter”seru Rio.


Karena tak sabar menunggu jawaban dokter yang menangani Alvin,aku langsung saja masuk di ikuti oleh Rio, disana tubuh Alvin sudah tertutupi selimut. Aku mendekati ranjang Alvin.
“Vin...”lirih Oik sambil membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Aku memekik sekuatnya saat melihat tubuh Alvin penuh luka-luka kena pecahan kaca mobil. Wajahnya penuh darah.
“Alvin....bangun Vin”kata Oik. Dokter kemudian masuk dan berdiri di antara kami.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun tuhan berkendak lain,luka yang dialaminya cukup parah jadi kesempatan untuk hidup sangatlah kecil”jelas dokter.

Aku berusaha untuk lebih tegar,tapi aku tak kuasa untuk membendung air mataku saat melihat Agni dan Rio nangis,mungkin benar perasaan yang membuatku gelisah dan takut ternyata ini jawaban semua,sebelum Alvin meninggal tanaman kesayangannya mati semua.
“Mending kita pulang yuk”ajak Obiet.


Sore itu juga aku sudah ada di pemakaman,semua teman-teman datang untuk melihat Alvin untuk terakhir kalinya.
Beberapa menit kemudian semua membubarkan diri tinggal aku,Rio,Agni,Obiet,Debo sahabat yang paling dekat dengan Alvin.
“Sampai kapanpun lu akan tetap hidup didalam hati gue”kata Debo.
“Vin lu sahabat terbaik yang pernah gue miliki”lanjut Rio.
“Kamu jahat Vin,kenapa kamu pergi secepat ini”maki Oik.

Cuman itu yang mampu aku ucapkan saat ini untuk Alvin.

Keesokan harinya aku tetap masuk,hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Aku harus terbiasa tanpa Alvin.
Dihalaman sekolah berjejer rapi karangan bunga di situ tertulis jelas nama Alvin itu artinya sekolah masih dirundung duka. Aku tak ingin kesekolah apalagi pulang kerumah hal itu akan membuatku teringat Alvin,aku pengen bolos hari ini. Ku langkahkan kaki meninggalkan halaman SMA Pertiwi.

Aku duduk di halte bus.
‘Cakka’ Oh ya gimana dia sekarang? Kemarin aku ninggalin dia gitu aja. Kebetulan ada bus yang berhenti aku segera naik.

Beberapa menit kemudian aku sudah berada di rumah sakit. Aku segera menuju ruang ICU.Sesampai disana kulihat seorang suster sedang membereskan kamar Cakka. Dia tidak ada disana.
‘Ya tuhan,nggak mungkin’aku berusaha membuang jauh-jauh perasaan itu.
“Suster pasien yang dirawat di kamar ini kemana?”tanya Oik berusaha tenang.
“Oh Cakka ya? Dia udah di pindah ke ruang perawatan”jelas suster tersebut.
Apa di pindah keruang perawatan? Berarti kondisinya sudah membaik donk,kini perasaanku lega.

Aku sampai di depan kamar Cakka,ku buka pintu kamar dan segera masuk sekilas aku melihat bayangan Alvin disana.
“Alvin....”ucap Oik tak percaya kemudian bayangan itu lenyap.Oik segera mendekati Cakka yang masih tertidur.


Saat ini aku masih mengenakan seragam sekolah,aku teringat sesuatu. Segera ku buka bingkisan dari Alvin yang dititipkan ke Rio. Setelah terbuka ternyata isinya adalah surat dan kepingan CD serta sebuah cincin.
Aku penasaran dengan isi surat dari Alvin,akupun membukanya surat itu dan membacanya.


~Buat Oik peri kecilku~
Sebelumnya aku mau minta maaf untuk Oik,karena beberapa hari ini aku menghindar dari kamu. Aku cuman mau bilang,kalau aku sayang banget sama Oik bukan hanya sekedar sahabat saja. Tapi aku takut untuk mengungkapkan ke kamu,karena aku tak ingin merusak persahabatan kita yang sudah terjalin lama.
Saat ku tau kamu akhir-akhir ini dekat dengan Cakka,sakit banget hati ini melihat kamu dengan Cakka. Kadang aku berfikir apasih lebihnya dia?.
Empat hari yang lalu aku harus menerima kenyataan pahit,tanpa sengaja ku mendengar percakapan papa dan mama,kalau aku bukan anak kandung mereka. Saat aku masih bayi mereka mengadopsiku dari panti asuhan.,kenapa mereka nggak bilang dari dulu,tapi aku juga senang karena mereka sudah merawatku seperti anak kandungnya sendiri. Saat itu juga ku putuskan untuk pergi dari rumah tanpa sepengetahuan mereka,dan aku numpang menginap dirumahnya Rio untuk beberapa hari.
Senin yang lalu Rio mengajakku kerumah sakit untuk menjenguk saudaranya yang lagi sakit parah. Kemudian aku ijin ke Rio untuk ketoilet.
Saat di tengah jalan aku lihat Ray lagi didepan ruang ICU,mungkin kamu sudah tau kan siapa Ray?.
Ternyata Ray lagi nunggu’in Cakka,setelah ku Tanya emang Cakka sakit apa? Ray bilang kalau penyakit Cakka kambuh lagi. Akhirnya Ray cerita banyak tentang Cakka ke aku. Saat kulihat kondisinya saat itu miris sekali.
Ku temui dokter yang menangai Cakka,saat itu juga Cakka membutuhkan donor jantung,dan untuk mencari seseorang pendonor itu tidaklah mudah,dan bayaran dari semua itu adalah nyawa. Ku putuskan juga aku bersedia untuk menjadi pendonor untuk Cakka,entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Mungkin kamu berfikir kalau aku saat itu melakukan hal bodoh.
Aku tak sanggup melihat kamu jika harus kehilangan Cakka,karena aku tau kamu sangat mencintai dia. Sedangkan aku? Ku rasa tak akan ada yang kehilangan jika aku yang mati. Itulah yang ada di pikiranku saat aku memutuskan untuk mendonorkan jantungku untuk Cakka.
Dengan cara itu mungkin aku akan terus hidup terus hidup bersamamu.
Mungkin hanya itu saja yang bisa aku tulis dengan kata-kata,maaf aku tak bisa ngomong langsung ke kamu,ini ada sebuah CD didalamnya aku menciptakan lagu untukmu…Oik

From
Alvin J.S





Setelah membaca surat itu Oik mengambil notebook ditasnya dan memasukkan CD. Didalam CD itu ada Alvin yang duduk dikursi jemarinya dengan lincah memainkan senar gitar.
“Tunggu...setau ku kan Alvin nggak bisa memainkan gitar”guman Oik.
“Hai Oik cantik,oh ya pasti kamu bertanya kenapa aku sekarang bisa memainkan gitar”kata Alvin.
“Selama ini aku meminta Rio untuk mengajariku untuk memainkan gitar karena aku tau kamu suka banget sama cowok yang bisa memainkan gitar kan”.
“Oh ya disini aku akan menyanyikan sebuah lagu,lagu ini cipta’anku sendiri dengan di bantu Rio khusus buat kamu.”lanjut Alvin.
“Dengerin ya Oik....”

Alvin memainkan intro sebuah lagu yang ia ciptakan sendiri,disamping Alvin juga ada Rio yang juga memegang gitar.

Tibalah waktunya...
Dipenghujung rinduku...
Perpisahan adalah kenyataan...
Katakan padaku walau dengan air mata...
Yang jatuh membasahi bumi...

Mata Alvin mulai berkaca-kaca,sepertinya dia menghayati lagu yang ia ciptakan sendiri.

Harus disinilah kita perpisah...
Lambaikan tanganmu...
Pejamkan matamu...
Dipenghabisan seluruh rindumu...
Harus sampai disini....

Sepertinya Alvin sudah lancar memainkan gitar

Terbenam sang fajar bukan berarti juga...
Seluruh cinta ku kan pudar untukmu...

Alvin kembali ke Reff lagu tersebut.

Harus disinilah kita berpisah lambaikan tanganmu...
Pejamkan matamu....
Dipenghabisan seluruh rindumu...
Harus sampai disini...
Kenanglah diriku...
Kenanglah pahit dan manis saat bersama...

Alvin memainkan gitarnya dengan sangat terampil hingga sampai pada reff kedua lagu itu.

Oh…harus disinilah kita berpisah lambaikan tanganmu…
Pejamkan matamu di penghabisan seluruh rindumu…
Harus sampai disini…Harus sampai disini…

Alvin selesai menyanyikan lagu tersebut,tanpa terasa butir-butir air mataku menetes dari kedua pelupuk mataku.
“Lagu ini aku beri judul Harus Sampai Disini ,dan perjumpaan kita memang cukup sampai disini kan Oik”kata Alvin.
“Aku ingin kamu terus mengingat lagu ini sampai kapanpun”lanjutnya.

Setelah selesai aku segera menutup notebook ku,aku senang melihat tindakan Alvin tapi kenapa harus dia?.
Saat itu juga ku lihat Cakka mulai sadar,keadaannya juga membaik.
Beberapa hari kemudian keadaan Cakka membaik, dia sembuh dengan cepat.

“Oh ya Alvin kemana Ik,beberapa hari ini aku nggak lihat dia”tanya Cakka.
“Alvin...dia..hmm”kata Oik bingung mau jawab apa.

Akupun mengajak Cakka ke pemakaman.
“Ngapain kita kesini Oik?”tanya Cakka heran.
Aku tak menghiraukan Cakka yang bertanya,sampai akhirnya langkahku berhenti di makam Alvin. Cakka heran melihat batu nisan itu bertuliskan Alvin Jonathan Sindunata.
“Ini Alvin teman kita kan Oik?”tanya Cakka
“Iya...beberapa minggu yang lalu Alvin meninggal karena kecelakaan Cakka...”jelas Oik air matanya kembali pecah.
Setelah itu aku mengajak Cakka meninggalkan pemakaman,aku tak ingin berlama-lama disana. Hal itu akan terus membuatku teringat dengan Alvin.

Aku duduk di taman belakang sekolah setelah dari makam,kebetulan pelajaran hari ini kosong,tempat favorit Cakka. Disana suasana sangat tenang,tiupan angin yang sepoi-sepoi membuat udara disana sejuk. Setidaknya aku bisa menenangkan diri dan melupakan Alvin. Cakka kemudian duduk disampingku.

“Hari ini adalah hari yang membuatku senang dan sedih”ucap Cakka tiba-tiba.
“Maksud kamu apa?”tanya Oik tak mengerti.
“Senangnya karena aku bisa sembuh juga,dan kini aku bisa menjalankan hidupku layaknya orang normal lainnya tanpa ada rasa ketakutan tentang bayangan kematian yang selalu mengahntui ku”jelas Cakka.
Oik tersentak mendengar penjelasan Cakka barusan,jadi Cakka tidak tau bahwa Alvin yang menjadi pendonor untuknya,saat ini hanya Oik saja yang tau.
“Sedihnya Alvin harus pergi secepat ini,dan aku tak bisa hadir saat pemakam dan melihat Alvin untuk terakhir kalinya”lanjut Cakka.

Saat didekat Cakka aku merasa seperti dekat dengan Alvin. Alvin memang akan terus hidup didalam diri Cakka.
“Aku juga senang kamu bisa sembuh seperti sekarang ini”Oik menyandarkan kepalanya di bahu Cakka. Cakka balas merangkul Oik.
“Dan kamu tau apa Ik yang ada di hatiku saat ini?”kata Cakka.
“Apa?”tanya Oik.
“Entah kenapa aku mulai suka sama kamu?”Cakka mempererat rangkulannya ke Oik.
“Masa sih?”Oik tak percaya. Cakka melepaskan rangkulannya dari Oik.

Cakka menatapku lekat-lekat.

“Kamu mau kan jadi cewekku...Oik”kata Cakka.

Hah...aku langsung cengo mendengar perkataan Cakka barusan,aku butuh waktu untuk berpikir sebelum menjawab. Aku sendiri juga tak bisa membohongi perasaanku saat ini,kalau aku sayanga banget sama Cakka. Aku cuman bisa mengangguk,pertanda kalau aku juga mau.Cakka tersenyum saat melihat reaksiku barusan.
“Jadi kamu mau kan...Oik?”tanya Cakka kurang puas dengan anggukan Oik.
“Iya aku mau”kata Oik singkat. Oik mengeluarkan sesuatu dalam sakunya.
“Aku mau kamu memakai ini terus dan jangan sampai hilang ya”pinta Oik sambil memakaikan sebuah cincin di jari manis Cakka.
“Iya”jawabnya singkat

Saat itu juga Cakka langsung memelukku,aku seperti dekat dengan Alvin. Bukan hanya aku saja tapi juga Rio,Agni,Debo dan juga Obiet kini mulai akrab dengan Cakka,padahal dulu mereka nggak suka banget dengan dia. Mungkin ini semua karena Alvin yang ada didalam diri Cakka. Aku pun bisa merasakan hal itu



~~~~~~~~~Selesai~~~~~~~~~~~


Akhirnya selesai juga nulis cerpen ini,setelah beberapa hari nggak bisa melanjutkan cerpen selain UAS,ini Lepi baru saja sembuh setelah beberapa hari yang lalu operasi gagal jantung hho...#gayapenulisedan. Maaf juga kalau ceritanya kurang menyentuh soale saya bkan penulis profesional.
Untuk yang meluangkan waktu membaca cerpen yang geje ini,qw ucapkn matur nuwun...... ƪ(˘⌣˘)┐┌(˘⌣˘)ʃ ____Keep your comment ok____ ƪ(˘⌣˘)┐┌(˘⌣˘)ʃ
Category: 1 komentar

 
Perasaan Oik jadi gelisah,perasaan yang membuatnya tak nyaman. Oik tak menghiraukannya dan terus melangkah menuju rumah Alvin.
Oik mengetuk pintu rumah Alvin,beberapa saat kemudian seseorang dari dalam membuka pintu tersebut. Ternyata yang keluar pembantu Alvin.
“Alvinnya ada…Bi?”tanya Oik pada pembantu Alvin.
“Maaf neng beberapa hari yang lalu den Alvin pergi dan sampai sekarang dia belum pulang”jelas pembantu Alvin.
“Pergi kemana?”.
“Saya kurang tau neng”.
“Hmm…yaudah deh Bi kalau gitu saya permisi dulu”pamit Oik,dengan terpaksa dia berangkat sendirian naik taksi.


Biasanya aku bingung ke sekolah berangkat bareng siapa?(Alvin,Cakka atau Iel) Tapi kali ini aku bingung mau numpang siapa :(.
Sampai disekolah bel tanda masuk telah berbunyi,aku berlari menuju pintu gerbang yang hampir ditutup pak satpam.

“Pak jangan di tutup dulu pintunya”pinta Oik.
“Ini udah waktunya masuk dan kamu udah telat”jelas satpam itu,Oik mencari akal supaya dia di ijinkan masuk.
“Tadi saya telat gara-gara nolongin orang yang kecelakaan di jalan pak”jelas Oik dengan tampang melas.

Satpam tersebut iba melihat Oik dan akhirnya…
“Ya udah kamu boleh masuk”ucap satpam mengijinkan.
“Makasih pak”usaha Oik merayu satpam itu berhasil senyum mengembang di bibirnya walaupun harus dengan cara berbohong.

Aku segera menuju kelasku dan berharap bu Oki belum masuk kelas.
“Kelas sepi pasti mata pelajaran bu Oki sudah di mulai”tebak Oik.
Perlahan ku buka pintu ruang kelas namun tak ada bu Oki disana,teman-teman kelasku malah sibuk mencatat. Aku segera menuju bangku ku.
“Tumben bu Oki belum datang biasanya dia rajin banget”tanya Oik pada Keke teman sebangkunya,kemudian dia duduk.
“Bukannya belum datang Ik,tapi beliau emang nggak datang”jelas Keke.
“Oh pantesan”.

Hari ini aku melihat papan absen yang tertempel di dinding ada beberapa mana disana,aku menghela nafas pendek.
‘Huh Cakka udah 5 hari nggak masuk,kemana sih dia?’ batin Oik heran.
‘Alvin juga,Hp nggak bisa di hubungi pula’Oik menenggelamkan wajahnya dikedua tangannya.

Kini perasaan itu muncul lagi,perasaan yang membuatku gelisah dan takut,kenapa ini?.
“Oikkk…..”tegur Keke saat Oik tertunduk di mejanya.
“Hmm…..”Oik mengangkat wajahnya melihat ke arah Keke.
“Ke kantin yuk? Kenapa sih melas amat wajah lu Ik”ajak dan tanya Keke melihat raut Oik yang tampak sedih.
“Nggak tau kenapa hari ini aku lagi nggak mod banget”bales Oik.
“Pasti karena Cakka nggak masuk kan”tebak Keke,Oik melonggo.
“Udah nggak usah kaget gitu kali,kalian kan akhir-akhir ini deket banget”kata Keke.
“Jadi ke kantin nggak nih?”tanya Oik berusaha mengalihkan perhatian Keke.
“Yupp”Keke dan Oik keluar kelas dan melangkah menuju kantin.


Oik memesan mie ayam tapi nggak dimakan cuman di aduk-aduk mulu,sekarang dia di kantin tapi pikirannya entah kemana.
“Oik lu lagi mikirin apa sih?”tanya Keke khawatir saat melihat Oik yang melamun.
“Eh gpp kok”Oik tersadar dari lamunannya.

Bel pulang berbunyi aku berjalan menuju pintu gerbang,langkah ku terhenti saat melihat seorang cowok menghadangku,sepertinya dia bukan siswa sini.
“Hmm…kamu ya yang namanya Oik?”tanya cowok itu.
Ku perhatikan dia sekilas,rambutnya agak gondrong tingginya hmm? Masih tinggian aku dikit.
“Iya…kamu siapa?”tanya Oik heran.
“Nanti gue jelaskan,lu bisa ikut gue sekarang?”ajak cowok itu pada Oik.
“Ikut kamu? Kemana?!.”tanya Oik lagi.
“Lu mau atau nggak” karena penasaran Oik ikut aja,kelihatannya dia cowok baik-baik.
“Oke deh”Oik mengangguk setuju dan mengikuti cowok tersebut menuju mobilnya.

Cowok itu mengajakku menaiki mobilnya,entah dia mau mengajakku kemana,mobil dia akhirnya meninggalkan halaman SMA Pertiwi.
“Oh ya kenalin nama gue Ray”ucap cowok itu kepada Oik saat ditengah perjalanan.
“Ray…kamu tau namaku dari mana?”tanya Oik.
“Cakka cerita banyak tentang lu…ke gue”.
“Cakka….?”Oik tak mengerti apa yang barusan Ray jelaskan.
“Oh ya gue saudara sepupunya Cakka”jelas Ray.
“Hmm…Cakka kemana Ray? Soalnya beberapa hari ini dia nggak masuk”tanya Oik mungkin Ray tau kenapa dia sering nggak masuk.
“Nanti lu juga tau sendiri”ucap Ray setelah itu mereka saling diam,begitu pula Oik,dia penasaran banget ini cowok mau mengajaknya kemana.

“Kayaknya Cakka itu suka banget deh sama lu Ik? Lu sendiri suka nggak sama dia”kata Ray membuka kembali percakapan.
Aku terdiam mendengar ucapan Ray barusan,kemudian aku teringat kembali 2 minggu yang lalu saat Cakka mengajakku ke taman belakang sekolah.

~Flashback Turn On~

Jam pelajaran telah usai para siswa beranjak dari kelas,beberapa saat kelas sepi aku bangkit dari kursi dan hendak menuju kantin kemudian Cakka menghadang langkahku saat sampai di depan pintu’.
“Bisa ikut aku sebentar?”tanya Cakka.
“Kemana”tanya Oik.Cakka menggengam tangan Oik dan mengajaknya kesuatu tempat dia nurut saja.
Hingga akhirnya mereka sampai di taman belakang sekolah,tempatnya sejuk dan nyaman tapi sepi. Didekatnya ada sebuah danau.
“Ngapain sih kamu ngajak aku kesini??”tanya Oik kemudian ikut duduk disebelah Cakka.
“Aku sering datang kesini,rasanya tenang dan nyaman kalau ada ditempat ini”Cakka menyandarkan kepalanya di bahu Oik.

Untuk beberapa saat mereka diam tak ada percakapan,Oik menikmati suasana di taman itu,hatinya merasa nyaman dan damai.
“Asal kamu tau Ik,saat ini aku ingin terus ada disampingmu…aku nggak mau ada kata pisah diantara kita”lanjutnya.
“Tapi keinginanku takkan sejalan dengan kenyataan”lanjutnya.
Aku tersentak mendengar kata-kata barusan.
“Maksud perkataan kamu tadi apa sih aku nggak ngerti”tanya Oik.
Cakka tidak menjawab,hal itu membuat tanda tanya besar di otakku.

~Flashback Turn Off~

“Oikkkkk…”panggilan Ray membuat Oik tersadar dari lamunannya dan kembali ke alam nyata .
“Eh ia Ray”Oik tersadar dari lamunannya.
“Lu ngelamuin apa sih? Ada masalah ya?!”tanya Ray Oik menggeleng.

Saat itu juga mobil Ray sampai dirumah sakit hmm…ngapain sih dia ngajak aku kesini? Emang siapa yang sakit?!. Aku mengikuti langkah Ray memasuki rumah sakit,menyusuri lorong-lorong hingga langkah kami terhenti disebuah ruang…yupp ruang ICU tulisan itu terpampang jelas di pintu.
“Lu masuk aja”saran Ray,karena penasaran Oik nurut saja.

Karena ruang ICU steril aku harus memakai pakaian khusus yang sudah tersedia disana,begitu masuk langsung tercium bau alkohol yang sangat menyengat di hidungku.
Ku dapatinya seseorang sedang terbaring koma ditempat tidur dengan balutan alat-alat medis ditubuhnya,aku mendekati orang itu dan…
“Cakka”lirih Oik,Ray kemudian masuk dan berdiri di belakangnya.
“Iya lu nyari dia kan Ik”kata Ray. Oik duduk disamping tempat tidur Cakka di ikuti Ray.
“Jadi selama ini lu belum tau,emang Cakka nggak pernah cerita ke lu”kata-kata Ray membuat Oik harus menoleh kearahnya.
“Belum tau soal apa?”tanya Oik tak mengerti.
“Sejak lama Cakka mengindap gagal jantung dan dokter bilang dia harus menjalani transpalantasi karena itulah jalan satu-satunya Ik,agar nyawanya bisa tertolong”jelas Ray.
“Beberapa hari yang lalu penyakitnya kambuh dan sampai sekarang lu lihat sendiri kan”lanjutnya.
Tanpa ku sadari bulir-bulir air mataku jatuh membasahi pipiku,aku mengusapnya. Aku segera bangkit dari kursi.
“Mau kemana Ik?”tanya Ray.

Aku tak memperdulikan Ray yang memanggil namaku,saat ini aku ingin cepat-cepat sampai dirumah,segera ku cari taksi. 30 menit kemudian aku sampai rumah lalu menuju kamarku dan mengunci pintu. Saat ini aku lagi ingin sendiri,ucapan Ray di rumah sakit tadi masih teringang jelas ditelingaku. Segera ku ambil bantal dan menutup kedua telingaku.

Saat aku bangun pagi sudah menjelang seragam sekolah masih menempel di tubuhku,ternyata sejak dari sore aku ketiduran.


Aku segera kerumah Alvin,saat sampai dihalaman rumah dia seorang tukang kebun sedang membersihkan tanaman Alvin. Aku segera menghampiri tukang kebun itu.
“Kenapa tanamannya di potong semua?”tanya Oik heran.
“Itu neng entah kenapa tiba-tiba rose…den Alvin mati semua padahal saya rajin menyiramnya”jelas tukang kebun yang bekerja dirumah Alvin.
“Alvin sudah tau belum kalau rose kesayangannya itu mati semua”ucap Oik lagi.
“Belum neng karena beberapa hari ini den Alvin nggak dirumah,dia pergi 3 hari yang lalu”jelas tukang kebun itu lagi.

Perasaan itu datang lagi,membuatku tak nyaman dan takut.
“Jadi sampai sekarang Alvin belum pulang pak?”.
“Belum neng”.
“Bapak tau kemana dia pergi?”.
“Kalau itu saya kurang tau”.
Seisi rumah Alvin nggak ada yang tau kemana dia pergi,beberapa hari ini Alvin menghilang gitu aja. Rio…mungkin dia tau kemana Alvin.

Bel istirahat telah berbunyi aku segera menuju kelasnya Rio,kebetulan kami tidak satu kelas,aku tau kalau Alvin dekat banget sam Rio.
“Rio…”panggil Oik kemudian menghampiri Rio yang lagi duduk di bangkunya.
“Eh…Oik tumben nyari gue ada perlu ya?”tanya Rio PD.
“Ialah kalau nggak ada perlu aku nggak bakalan nyamperin kamu dikelas”jelas Oik.
“Kamu tau nggak Alvin kemana? Beberapa hari ini dia ngilang gitu aja”.
“Alvin…hmm gu…gue nggak tau Ik”kata Rio gelagapan.
“Yakin nggak tau soalnya kan kamu yang paling akrab sama dia dibandingkan sama aku”.
“Lah lu kan satu kelas,rumah lu kan dekat ma rumah Alvin kenapa nggak lu samperin aja”saran Rio.
“Aku udah kerumahnya,tapi kata pembantunya beberapa hari yang lalu dia pergi dan sampai sekarang dia belum pulang”jelas Oik.
“Aduh gu…gue bener-bener nggak tau Ik,soalnya gue hubungi nomornya nggak aktif”kata Rio.

Sepertinya Rio menyembunyikan sesuatu,dia pasti tau dimana Alvin cuman dia nggak mau ngaku,dari ekspersi wajahnya ketika ku tanya sepertinya gugup banget jawabnya.Semua teman-temannya sudah ku tanya tapi tak yang tau kemana Alvin berada.

Bel tanda pulang berbunyi menandakan kalau mata pelajaran hari ini telah usai,dengan langkah malas aku keluar dari kelas,sampai di pintu gerbang kulihat cowok yang kemarin itu sudah berdiri didekat pintu gerbang sambil celingukan yuppp….dia adalah Ray. Disaat yang sama Ray juga melihat ke arahku,dia lantas berjalan ke mendekatiku.
“Ray…..”kata Oik.
“Gue kesini mau jemput lu Oik”jelas Ray.
“Jemput aku…”Oik menunjuk dirinya sendiri.
“Iya soalnya dari kemarin Cakka nyari’in lu terus”jelas Ray.
“Kalau dia nanya’in aku berarti…”belum sempet Oik melanjutkan kalimatnya tapi sudah di potong oleh Ray.
“Dia udah sadar kemarin”selak Ray.
Oik hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah Ray menuju mobilnya.

Didalam mobil Ray entah kenapa aku jadi terus kepikiran sama Alvin,tiga hari nggak ketemu rasanya udah kaya 5 tahun. Ku ambil Hp dan memencet nomor Alvin.
Calling Alvin….
Maaf nomor yang anda tuju’ berada diluar service area.
Aku mengendus kesal malah operator yang bicara,huh berarti Hpnya dimati’in.

Hingga akhirnya kami sampai dirumah sakit.
Aku masuk di ikuti Ray di belakangku,miris sekali melihat keadaan Cakka yang sekarang terlihat rapuh dengan berbantuan alat-alat medis,jauh lebih memprihatinkan ketimbang kemarin saat belum sadar. Aku pun mendekati Cakka dan duduk disebelahnya.
“Cakka...”panggil Oik.
“Oik.......” suara lirih itu terdengar seperti rintihan yang membuat hati Oik makin miris.
“Alvin mana Ik?”tanya Cakka tiba-tiba yang melihat Oik cuman datang berdua dengan Ray tadi.
“Kenapa kamu jadi nanya’in Alvin”tanya Oik heran.
“Gpp...tapi dia baik-baik aja kan”pertanyaan Cakka barusan membuat Oik bingung.
“Iya...”kata Oik singkat.
Aku nggak mungkin bilang kalau,aku nggak tau gimana Alvin sekarang.

“Mungkin dia lagi sibuk kali,maklum kan dia ketua osis lagian sebentar lagi ada olimpiade saint”jelas Oik bohong.
Diruang itu cuman ada aku dan Cakka.

Degggggg!!!!!!!
“Akhhhhhhhhh”rintih Oik sambil memegangi dadanya.
“Kamu kenapa Oik...?”tanya Cakka panik.
“Ngg....nggak....tau...ke...kenapa....sakit banget....”keluh Oik sambil menundukkan kepalanya.
Cakka berusaha menenangkan Oik.

Kenapa ini perasaanku jadi nggak tenang,jantungku terasa berhenti berdetak untuk sesaat,aku berusaha menenangkan diri.

“Kamu udah gpp kan?”tanya Cakka saat Oik sudah mulai tenang.
“Udah gpp kok”kata Oik yang sudah tenang.


Kemudian setelah itu Hp Oik bergetar.
Rio calling....... Oik kemudian mengangkatnya.
“Hallo”sapa Oik
“Aku lagi di”Oik nggak mungkin bilang kalau dia lagi dirumah sakit.
“Di...di rumah”.
“Emang siapa yang sakit Io”.
“Apa...Al...Alvin...ke...kecelakaan”kata Oik kaget.
“Terus sekarang kalian dimana”
“Ok aku kesana sekarang”.
“ALVINNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN”jerit Oik hp nya langsung jatuh,dia segera keluar dari ruangan ICU tanpa memperdulikan Cakka.

Ya...Tuhan apa yang terjadi dengan Alvin,mudah-mudahan dia baik saja,aku terus berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit hingga akhirnya langkahku terhenti di ruang UGD,disana sudah ada Rio,Agni,Obiet dan juga Debo. Aku segera menghampiri.
“Gimana keadaan Alvin?”tanya Oik pada yang lain.
“Kritis”jawab Agni singkat.
“Kok bisa sih sampai kecelakaan? Gimana ceritanya”tanya Oik sambil duduk dibangku.
“Menurut orang yang ada dilokasi kejadian tadi Alvin bawa mobilnya ngebut dijalan terus ditikungan dia nggak ngurangi kecepatannya,dari arah yang berlawanan ada truk Alvin berusaha menghindar,karena tak bisa mengendalikan laju mobilnya akhirnya mobil dia nabrak pembatas jalan dan langsung masuk ke jurang”kali ini Agni yang menjelaskan panjang lebar sambil menitihkan air mata.
“Alvin tak bisa menyelamatkan dirinya,dia terjebak di mobilnya sendiri”lanjut Agni.

Aku hanya bisa menghela nafas mendengar penjelasan Agni barusan.
“Maaf Ik kemaren gue udah bohong sama lu soal Alvin”kata Rio tiba-tiba.
“Bohong soal Alvin???”kata Oik tak mengerti.
“Waktu lu nanya’in dia gue kan jawab nggak tau,padahal selama tiga hari yang lalu Alvin nginep dirumah gue Ik”jawab Rio.
“Jadi kamu tau sebenarnya Alvin dimana selama tiga hari yang lalu” Rio hanya mengangguk.
“Oh ya Alvin nitip’in ini buat lu”Rio menyodorkan sebuah bingkisan kepada Oik. Oik menerima bingkisan itu.
“Apa ini Io?”tanya Oik.
“Gue nggak tau Ik”Rio mengangkat kedua bahunya.

Ku terima sebuah bingkisan warna biru tua itu,aku penasaran apa isinya. Selang beberapa waktu kemudian dokter keluar dari UGD.
“Gimana dokter keadaan Alvin,dia masih bisa selamat kan?”tanya Debo. Dokter itu tak menjawab.
“Jawab dokter”seru Rio.


Karena tak sabar menunggu jawaban dokter yang menangani Alvin,aku langsung saja masuk di ikuti oleh Rio, disana tubuh Alvin sudah tertutupi selimut. Aku mendekati ranjang Alvin.
“Vin...”lirih Oik sambil membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Aku memekik sekuatnya saat melihat tubuh Alvin penuh luka-luka kena pecahan kaca mobil. Wajahnya penuh darah.
“Alvin....bangun Vin”kata Oik. Dokter kemudian masuk dan berdiri di antara kami.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun tuhan berkendak lain,luka yang dialaminya cukup parah jadi kesempatan untuk hidup sangatlah kecil”jelas dokter.

Aku berusaha untuk lebih tegar,tapi aku tak kuasa untuk membendung air mataku saat melihat Agni dan Rio nangis,mungkin benar perasaan yang membuatku gelisah dan takut ternyata ini jawaban semua,sebelum Alvin meninggal tanaman kesayangannya mati semua.
“Mending kita pulang yuk”ajak Obiet.

Sore itu juga aku sudah ada di pemakaman,semua teman-teman datang untuk melihat Alvin untuk terakhir kalinya.
Beberapa menit kemudian semua membubarkan diri tinggal aku,Rio,Agni,Obiet,Debo sahabat yang paling dekat dengan Alvin.
“Sampai kapanpun lu akan tetap hidup didalam hati gue”kata Debo.
“Vin lu sahabat terbaik yang pernah gue miliki”lanjut Rio.
“Kamu jahat Vin,kenapa kamu pergi secepat ini”maki Oik.

Cuman itu yang mampu aku ucapkan saat ini untuk Alvin.

Keesokan harinya aku tetap masuk,hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Aku harus terbiasa tanpa Alvin.
Dihalaman sekolah berjejer rapi karangan bunga di situ tertulis jelas nama Alvin itu artinya sekolah masih dirundung duka. Aku tak ingin kesekolah apalagi pulang kerumah hal itu akan membuatku teringat Alvin,aku pengen bolos hari ini. Ku langkahkan kaki meninggalkan halaman SMA Pertiwi.

Aku duduk di halte bus.
‘Cakka’ Oh ya gimana dia sekarang? Kemarin aku ninggalin dia gitu aja. Kebetulan ada bus yang berhenti aku segera naik.

Beberapa menit kemudian aku sudah berada di rumah sakit. Aku segera menuju ruang ICU.Sesampai disana kulihat seorang suster sedang membereskan kamar Cakka. Dia tidak ada disana.
‘Ya tuhan,nggak mungkin’aku berusaha membuang jauh-jauh perasaan itu.
“Suster pasien yang dirawat di kamar ini kemana?”tanya Oik berusaha tenang.
“Oh Cakka ya? Dia udah di pindah ke ruang perawatan”jelas suster tersebut.
Apa di pindah keruang perawatan? Berarti kondisinya sudah membaik donk,kini perasaanku lega.

Aku sampai di depan kamar Cakka,ku buka pintu kamar dan segera masuk sekilas aku melihat bayangan Alvin disana.
“Alvin....”ucap Oik tak percaya kemudian bayangan itu lenyap.Oik segera mendekati Cakka yang masih tertidur.


Saat ini aku masih mengenakan seragam sekolah,aku teringat sesuatu. Segera ku buka bingkisan dari Alvin yang dititipkan ke Rio. Setelah terbuka ternyata isinya adalah surat dan kepingan CD serta sebuah cincin.
Aku penasaran dengan isi surat dari Alvin,akupun membukanya surat itu dan membacanya.


~Buat Oik peri kecilku~
Sebelumnya aku mau minta maaf untuk Oik,karena beberapa hari ini aku menghindar dari kamu. Aku cuman mau bilang,kalau aku sayang banget sama Oik bukan hanya sekedar sahabat saja. Tapi aku takut untuk mengungkapkan ke kamu,karena aku tak ingin merusak persahabatan kita yang sudah terjalin lama.
Saat ku tau kamu akhir-akhir ini dekat dengan Cakka,sakit banget hati ini melihat kamu dengan Cakka. Kadang aku berfikir apasih lebihnya dia?.
Empat hari yang lalu aku harus menerima kenyataan pahit,tanpa sengaja ku mendengar percakapan papa dan mama,kalau aku bukan anak kandung mereka. Saat aku masih bayi mereka mengadopsiku dari panti asuhan.,kenapa mereka nggak bilang dari dulu,tapi aku juga senang karena mereka sudah merawatku seperti anak kandungnya sendiri. Saat itu juga ku putuskan untuk pergi dari rumah tanpa sepengetahuan mereka,dan aku numpang menginap dirumahnya Rio untuk beberapa hari.
Senin yang lalu Rio mengajakku kerumah sakit untuk menjenguk saudaranya yang lagi sakit parah. Kemudian aku ijin ke Rio untuk ketoilet.
Saat di tengah jalan aku lihat Ray lagi didepan ruang ICU,mungkin kamu sudah tau kan siapa Ray?.
Ternyata Ray lagi nunggu’in Cakka,setelah ku Tanya emang Cakka sakit apa? Ray bilang kalau penyakit Cakka kambuh lagi. Akhirnya Ray cerita banyak tentang Cakka ke aku. Saat kulihat kondisinya saat itu miris sekali.
Ku temui dokter yang menangai Cakka,saat itu juga Cakka membutuhkan donor jantung,dan untuk mencari seseorang pendonor itu tidaklah mudah,dan bayaran dari semua itu adalah nyawa. Ku putuskan juga aku bersedia untuk menjadi pendonor untuk Cakka,entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Mungkin kamu berfikir kalau aku saat itu melakukan hal bodoh.
Aku tak sanggup melihat kamu jika harus kehilangan Cakka,karena aku tau kamu sangat mencintai dia. Sedangkan aku? Ku rasa tak akan ada yang kehilangan jika aku yang mati. Itulah yang ada di pikiranku saat aku memutuskan untuk mendonorkan jantungku untuk Cakka.
Dengan cara itu mungkin aku akan terus hidup terus hidup bersamamu.
Mungkin hanya itu saja yang bisa aku tulis dengan kata-kata,maaf aku tak bisa ngomong langsung ke kamu,ini ada sebuah CD didalamnya aku menciptakan lagu untukmu…Oik

From
Alvin J.S



Setelah membaca surat itu Oik mengambil notebook ditasnya dan memasukkan CD. Didalam CD itu ada Alvin yang duduk dikursi jemarinya dengan lincah memainkan senar gitar.
“Tunggu...setau ku kan Alvin nggak bisa memainkan gitar”guman Oik.
“Hai Oik cantik,oh ya pasti kamu bertanya kenapa aku sekarang bisa memainkan gitar”kata Alvin.
“Selama ini aku meminta Rio untuk mengajariku untuk memainkan gitar karena aku tau kamu suka banget sama cowok yang bisa memainkan gitar kan”.
“Oh ya disini aku akan menyanyikan sebuah lagu,lagu ini cipta’anku sendiri dengan di bantu Rio khusus buat kamu.”lanjut Alvin.
“Dengerin ya Oik....”

Alvin memainkan intro sebuah lagu yang ia ciptakan sendiri,disamping Alvin juga ada Rio yang juga memegang gitar.

Tibalah waktunya...
Dipenghujung rinduku...
Perpisahan adalah kenyataan...
Katakan padaku walau dengan air mata...
Yang jatuh membasahi bumi...

Mata Alvin mulai berkaca-kaca,sepertinya dia menghayati lagu yang ia ciptakan sendiri.

Harus disinilah kita perpisah...
Lambaikan tanganmu...
Pejamkan matamu...
Dipenghabisan seluruh rindumu...
Harus sampai disini....

Sepertinya Alvin sudah lancar memainkan gitar

Terbenam sang fajar bukan berarti juga...
Seluruh cinta ku kan pudar untukmu...

Alvin kembali ke Reff lagu tersebut.

Harus disinilah kita berpisah lambaikan tanganmu...
Pejamkan matamu....
Dipenghabisan seluruh rindumu...
Harus sampai disini...
Kenanglah diriku...
Kenanglah pahit dan manis saat bersama...

Alvin memainkan gitarnya dengan sangat terampil hingga sampai pada reff kedua lagu itu.

Oh…harus disinilah kita berpisah lambaikan tanganmu…
Pejamkan matamu di penghabisan seluruh rindumu…
Harus sampai disini…Harus sampai disini…

Alvin selesai menyanyikan lagu tersebut,tanpa terasa butir-butir air mataku menetes dari kedua pelupuk mataku.
“Lagu ini aku beri judul Harus Sampai Disini ,dan perjumpaan kita memang cukup sampai disini kan Oik”kata Alvin.
“Aku ingin kamu terus mengingat lagu ini sampai kapanpun”lanjutnya.

Setelah selesai aku segera menutup notebook ku,aku senang melihat tindakan Alvin tapi kenapa harus dia?.
Saat itu juga ku lihat Cakka mulai sadar,keadaannya juga membaik.
Beberapa hari kemudian keadaan Cakka membaik, dia sembuh dengan cepat.

“Oh ya Alvin kemana Ik,beberapa hari ini aku nggak lihat dia”tanya Cakka.
“Alvin...dia..hmm”kata Oik bingung mau jawab apa.

Akupun mengajak Cakka ke pemakaman.
“Ngapain kita kesini Oik?”tanya Cakka heran.
Aku tak menghiraukan Cakka yang bertanya,sampai akhirnya langkahku berhenti di makam Alvin. Cakka heran melihat batu nisan itu bertuliskan Alvin Jonathan Sindunata.
“Ini Alvin teman kita kan Oik?”tanya Cakka
“Iya...beberapa minggu yang lalu Alvin meninggal karena kecelakaan Cakka...”jelas Oik air matanya kembali pecah.
Setelah itu aku mengajak Cakka meninggalkan pemakaman,aku tak ingin berlama-lama disana. Hal itu akan terus membuatku teringat dengan Alvin.

Aku duduk di taman belakang sekolah setelah dari makam,kebetulan pelajaran hari ini kosong,tempat favorit Cakka. Disana suasana sangat tenang,tiupan angin yang sepoi-sepoi membuat udara disana sejuk. Setidaknya aku bisa menenangkan diri dan melupakan Alvin. Cakka kemudian duduk disampingku.

“Hari ini adalah hari yang membuatku senang dan sedih”ucap Cakka tiba-tiba.
“Maksud kamu apa?”tanya Oik tak mengerti.
“Senangnya karena aku bisa sembuh juga,dan kini aku bisa menjalankan hidupku layaknya orang normal lainnya tanpa ada rasa ketakutan tentang bayangan kematian yang selalu mengahntui ku”jelas Cakka.
Oik tersentak mendengar penjelasan Cakka barusan,jadi Cakka tidak tau bahwa Alvin yang menjadi pendonor untuknya,saat ini hanya Oik saja yang tau.
“Sedihnya Alvin harus pergi secepat ini,dan aku tak bisa hadir saat pemakam dan melihat Alvin untuk terakhir kalinya”lanjut Cakka.

Saat didekat Cakka aku merasa seperti dekat dengan Alvin. Alvin memang akan terus hidup didalam diri Cakka.
“Aku juga senang kamu bisa sembuh seperti sekarang ini”Oik menyandarkan kepalanya di bahu Cakka. Cakka balas merangkul Oik.
“Dan kamu tau apa Ik yang ada di hatiku saat ini?”kata Cakka.
“Apa?”tanya Oik.
“Entah kenapa aku mulai suka sama kamu?”Cakka mempererat rangkulannya ke Oik.
“Masa sih?”Oik tak percaya. Cakka melepaskan rangkulannya dari Oik.

Cakka menatapku lekat-lekat.

“Kamu mau kan jadi cewekku...Oik”kata Cakka.

Hah...aku langsung cengo mendengar perkataan Cakka barusan,aku butuh waktu untuk berpikir sebelum menjawab. Aku sendiri juga tak bisa membohongi perasaanku saat ini,kalau aku sayanga banget sama Cakka. Aku cuman bisa mengangguk,pertanda kalau aku juga mau.Cakka tersenyum saat melihat reaksiku barusan.
“Jadi kamu mau kan...Oik?”tanya Cakka kurang puas dengan anggukan Oik.
“Iya aku mau”kata Oik singkat. Oik mengeluarkan sesuatu dalam sakunya.
“Aku mau kamu memakai ini terus dan jangan sampai hilang ya”pinta Oik sambil memakaikan sebuah cincin di jari manis Cakka.
“Iya”jawabnya singkat

Saat itu juga Cakka langsung memelukku,aku seperti dekat dengan Alvin. Bukan hanya aku saja tapi juga Rio,Agni,Debo dan juga Obiet kini mulai akrab dengan Cakka,padahal dulu mereka nggak suka banget dengan dia. Mungkin ini semua karena Alvin yang ada didalam diri Cakka. Aku pun bisa merasakan hal itu



~~~~~~~~~Selesai~~~~~~~~~~~


Akhirnya selesai juga nulis cerpen ini,setelah beberapa hari nggak bisa melanjutkan cerpen selain UAS,ini Lepi baru saja sembuh setelah beberapa hari yang lalu operasi gagal jantung hho...#gayapenulisedan. Maaf juga kalau ceritanya kurang menyentuh soale saya bkan penulis profesional.
Untuk yang meluangkan waktu membaca cerpen yang geje ini,qw ucapkn matur nuwun......
 ƪ(˘⌣˘)┐┌(˘⌣˘)ʃ ____Keep your comment ok____ ƪ(˘⌣˘)┐┌(˘⌣˘)ʃ

0 comments:

Post a Comment